Rabu, 30 Oktober 2013

Jika kamu berkenan

Kamu yang hadir begitu cepat
Secepat bintang jatuh yang melesat 
Kamu yang datang dan pergi begitu mudah
Secepat kedipan mata yang tiada mampu untuk ditahan
Kamu...Anehnya aku kembali mengingatmu
Senyuman yang masih membayang
Dan tingkah konyol serta canda yang serasa enggan terbuang dari alam bawah sadar
Apa kabar?
Untuk bertanya itu saja aku tiada mampu.
Atau ego dan takut kamu merasa aku masih mengingatmu terlalu memaksaku bersikap acuh dan dingin padamu.
Yah, setidaknya kepalaku punya aturan baku.
Apa untungnya aku mengingatmu, yang belum tentu mengingatku.
Tapi perasaanku terlalu pemberontak
Tak bisa menaati peraturan yang sudah dibuat.
Dia masih saja menghadirkan rasa..yang enggan aku maknakan sebagai rindu.
Bila saja ada kebetulan yang terkabulkan
mungkinkah kita bisa bertemu lagi?
Di sebuah rumah makan yang pernah kita kunjungi.
Tidak, jangan khawatir. Aku sungguh tiada akan bicarakan tentang cinta atau rasa.
Aku hanya ingin mengamati caramu menghabiskan makanan yang kau pesan.
Itu saja, tidak lebih. mungkin bila kamu berkenan, bisa kau bonuskan aku sebuah senyuman.
Yah..itu pun jika kamu berkenan...


Seruputan Kopi


Hai cinta..
Hari ini sepertinya kopimu terlalu kebanyakan gula
Apakah pahit candunya masih terasa?

Hai cinta..
Berdiamlah lama-lama, dalam ruang hati yang hangat
Berdongenglah lebih kerap, agar mata mudah terlelap

Hai cinta..
Keringkah peluh yang terlewatkan aku usap
Diantara butiran harap akan masa depan yang jauh lebih berkilap

Hai cinta..
Mungkin saat ini terasa berat
Kala setiap kata pisah mesti terucap
Namun, percaya saja
Kamu akan selalu disini, ya disini!
(Seruku kuat-kuat, seraya menunjuk kepala dan hati)
Ahh..betapa ingin kau kudekap, disela-sela seruputan kopi yang mulai hangat


Sabtu, 26 Oktober 2013

Karena Cinta ada disini

Karena Cinta ada disini..
Bukan dimana-mana
Lalu mengapa masih mencari-cari?

Karena Cinta ada disini..
Bukan sembunyi atau mencoba berlari
Lalu mengapa kau masih mencari
dan mengejar-ngejar yang tak pasti?

Karena Cinta ada disini..
Di tiap kali ada telinga yang menjadi pendengar setia
Di semua usapan yang membantu mengusap air mata yang kau jatuhkan
Di semua tawa yang ikut tertawa bersama kebahagiaan yang kau ceritakan
Di segenap pelukan yang terbuka lebar untuk membasuh di tiap kesedihanmu

Ya..Itu semua hanya karena satu alasan
Karena Cinta, karena Cinta itu ada sisini
Cobalah rasakan sekali saja dengan hati yang kau punyai.


Kau tahu Sayang?


Kau tahu sayang..
Kau adalah alasan tabungan rindu selalu bertambah saldonya.

Kau tahu sayang..
Kau adalah tulisan yang ejaannya selalu kusempurnakan sebelum kau baca.

Kau tahu sayang..
Kau adalah dunia kecil yang pergantian cuaca hati selalu menjadi satu kekhawatiran.

Kau tahu sayang..
Kau adalah partikel yang membuat urat syaraf ini menyadari pentingnya berdoa.

Kau tahu sayang..
Kau adalah gravitasi hebat yang membuat aku selalu berarah tepat pada rotasimu.

Kau tahu sayang..
Kau adalah pujangga hebat yang mampu membuat sang dungu ini mampu berkata dan mendayu.


Cinta dengan titik


Bisikan dari sang bisikan busuk

Mengapa CINTA membuatku mencintaimu,
Ketika pada saat yang sama
Kau mencintai orang yang bukan aku?

Ketika telah membuka hati,
Aku pun harus bersiap untuk kehilangan lagi,
Apakah setelah cinta memang harus selalu ada 
Air mata dan luka hati?

Kalau begitu
Bagaimana jika kita bicarakan satu hal saja,
CINTA
Tanpa ada hal lain lagi setelahnya
Kita lihat kemana arahnya bermuara.

Note : Dari "CINTA." (Baca: Cinta dengan titik)


Beranikah?

Cinta pun tak mampu berbuat banyak,
bagi kita yang terlupa bagaimana cara akrab.

Cinta meminta begitu banyak,
melebihi apa yang sanggup kita perbuat, bagi cinta itu sendiri.

Lupa, ya kita mencoba untuk saling lupa,
namun pertemuan layaknya takdir yang tak terelakan.

Hentikan langkah untuk sejenak,
menatap langit-langit kenangan masa dulu.
Tempat lukisan tawa pernah begitu penuh
Tempat lukisan rasa meluap utuh
Beranikah sebentar saja, kita saling berjabat tangan?
Beranikah?

Kamis, 24 Oktober 2013

Selamat bersua

Selamat bersua, wahai cinta.
Bersua denganku yang malu-malu menghargai rasa
karena mungkin segalanya jadi akan lebih dari biasa saja
Saat matamu membaca mataku
Saat rindu hanya mampu terbungkam bisu

Give me your happiness

Letakan di sakumu, bahagia yang pernah kita cipta sewaktu bertemu..
Agar Kau bisa menemukannya seketika ketika rindu mendera dengan kuat dan hebatnya..
Sayang..Semesta di sekelilingku sedang digenangi air hujan,
bias rintiknya membasahiku dengan kenangan demi kenangan.
Dengan kalimat-kalimat yang di tenun oleh tawa..
Dengan canda yang dirajut oleh rasa dan kedipan mata..
Letakan di sakumu, bahagia itu..Agar mudah kau temukan dan kau pinjamkan padaku ketika aku membutuhkannya..
I Love You...

Dan aku mampu

Kau pulang hanya untuk bersinggah dan lalu pergi kembali...
Kau pulang hanya untuk meruntuhkan pertahan egoku untuk membiarkan segala tentangmu menjauh berlalu...
Dan setelah kau tahu aku (cukup) mampu akan itu, kau justru mengujiku dengan kehadiranmu yang sungguh bagiku tidak perlu


It's about me

Bisakah kita memotong peta takdir?
Meniadakan bagian yang kita kebingungan ketika membaca liku jalurnya?
Ketika pilihan untuk terus atau berhenti menjadi sama beratnya?
Ketika kanan bukan jawaban, kiri penuh ujian dan lurus bukanlah penyelesaian.

Jika cinta itu berkaitan dengan waktu,
aku mengerti aku adalah orang yang kadang tidak sabar untuk menunggu.
Jika cinta itu berkaitan dengan hati,
aku mengerti benar bagaimana mengumpulkan serpihan hati yang pernah jatuh berserakan.

Berhentilah mengajari aku mengeja sesuatu yang tak kutahu.
Berhentilah mengajariku menjamah yang tak terjamah.
Berhentilah mengajariku terbang ketika aku tahu aku tak bersayap.
Berhentilah...Pada titik harap yang paling akhir aku hanya berharap satu.
Jika saja kamu mau menunggu, maka aku mencoba untuk memberi kepastian,
Mungkin aku bukanlah seseorang yang pantas kau tunggu.
Karna aku belum berani melangkah lagi..
Aku masih takut menerka-nerka, apa yang ada dibalik kabut matamu.


Maaf..Tidak layak dibaca..

Maaf, jika aku tak romantis.
Maaf, jika caraku tiada puitis.
Maaf, jika lagu cinta sudah habis.
Maaf, jika pelukan pun tak mampu menghalau gerimis.
Maaf, jika cinta bukanlah rasa yang mampu menjadikan harimu optimis..Maaf...

Terdiam membaca kalimat-kalimat sinting diatas.
Berpikir ulang sang penulis mungkin lagi salah makan.
Tapi tulisan itu ditujukan padaku.
Yang tiada merasa mempunyai seseorang yang berhak menuliskan kalimat maaf yang bertubi dan begitu panjang.
Dan herannya, kenapa dia harus meminta maaf.
Pada sedemekian banyak hal yang menurutku tiada perlu dia utarakan, sebenarnya.
Surat kaleng yang salah memilih kaleng.
surat kaleng yang terlempar pada tong sampah yang salah.
Itu pun jika dia mengganggapku tong sampah.
                 ....................

Sementara jauh di belahan bumi lain
Ada yang sedang memandang foto seseorang, yang dia tahu benar bahwa orang tersebut telah lupa.
Lupa jika pernah meninggalkan jejak langkah kaki di setapak jalan hati...
Hidup bukanlah sekedar rotasi. Hidup adalah sebuah penyesalan yang berulang.
Akan segala hal yang kita rasa belum sempat kita lakukan.
Maupun tentang hal-hal yang telah kita lakukan.


Note : Bolehkah kunamakan, KOLABORASI RASA... #Menggauli Sindrom Vicky... hahahahhaaaa...



Aku tiada pernah tahu

Seharusnya aku percaya.
Mungkin kata terlambat akan menjadi sangat tepat
Aku masih belum percaya
Akan rasa yang kerap kau bisikan begitu jelas ditelingaku
I love you, darimu.

Aku punya pilihan yang sama sekali tidak ingin aku pilih.
Akan jadi egoiskan bila membiarkan yang ada tetap selayaknya?
Katamu waktu tiada pernah menunggu.
Ya, kamu benar, sayang.

Waktu kita tak pernah banyak
Bahkan nyaris takut semua tidak akan pernah sempat.
Akankah kita menyesal?
Lagi-lagi aku menjawab, "Entahlah, aku tiada pernah tahu."
Dan, semoga saja itu tidak akan membuat kita menjadi ragu-ragu.
Karena kita sudah memulai, pertanyaannya sederhana.
Cukup beranikah (KITA) menyelesaikannya?
Aku tiada pernah tahu, namun entahlah kamu.

Bagaimana cara aku menyebutnya?


Pernah merasa begitu ingin jadi bagian hidup orang lain?
Mencari kemungkinan untuk menjadi bagian hidup seseorang?
Pernah? 

Aku mencari tahu pemilik hati itu
Seseorang yang selalu berhasil membuat aku menoleh
ketika ada keinginan meninggalkannya sendiri

Pernah menggenggam tangannya
menyamakan jari jemari 
meraba guratan halus di garis tangannya

Pernah mengamati wajahnya
Memasukannya dalam-dalam kedalam ingatan
Dan itu semakin membuat rumit ketika ingin melupakannya

Cara dia tersenyum
Cara dia memandang
Cara dia berjalan
Cara dia duduk

Cukup memejamkan mata
Sekejap dengan cepat semua siluet pecah-pecah
akan mengumpul bagaikan susunan puzzel yang berhasil diselesaikan
Ahh..harus aku sebut apakah ini?
Cinta?

Sabtu, 19 Oktober 2013

semoga saja

You say, "Don't leave me"

Aku menarik napas panjang membaca kata-kata itu. 
Jika dekat, aku ingin memelukmu..
Aku ibarat musim yang selalu menghujanimu dengan cinta
Hingga kemarau apalagi gersang, aku larang untuk bisa mendekat...

I only can say, "I love you"

Semoga itu cukup...

Sabtu, 12 Oktober 2013

Petikan Syair

Fiuhh...Lama nggak nge-Blog...
Saking lamanya bingung mau nulis apaan?
Sibuk yang merajalela, parah!

So, mari kita isi postingan awal di bulan Oktober ini dengan tulisan-tulisan yang kemarenan sempat di posting di twiter...hehehee...

* Jauh itu hanyalah ukuran, tentang sekuat apa kita mampu bertahan dan mempertahankan.
Dan mungkin itu kiranya, jabaran sederhana kesetiaan..


* Kau adalah kumpulan diamku, kau adalah apa yang sanggup aku lukiskan pada angkasa malam,
 kau adalah kidung yang terngiang dikala petang.

* Pintu menuju hatimu, aku melihatnya kala menengadah menatap angkasa pekat malam.
Dengarkah kamu, rinduku yang mengetuknya kencang.

* Kali ini aku terjebak diantara sisa kenangan masa lalu. Kau terlalu lihai membuat aku
tetap mau berkunjung kesitu dan melukis senyum untukmu.

* Tak perlu kau pinjami aku hati. Aku cukup ahli mencintai. Hanya saja kau tak cukup peka memahami.
Bahkan untuk memahami hatimu sendiri.

* Kau cukup membacanya, karena akun sudah menggoresnya nyata.
Kala kau berkata, kau tak ahli membaca kalimat yang ditutur oleh mata.