Selasa, 29 April 2014

Perjumpaan

Perjumpaan..
Aku berjumpa dengan seseorang itu tahun lalu.
Aku ingat bagaimana senyumnya bisa membingkai sebagian kisah malamku..

Aku menceritakannya dalam lembar - lembar putih bisu dan dingin yang masih tersimpan dalam pandora biru..

Sekian lama aku belum pernah sekali pun mengajaknya bicara, meski berkali - kali kami berselisih jalan di lorong sekolah..

Menatap dari jauh cahaya yang kukagumi dan kubaitkan doa tiap malamku.. Dia adalah alasanku memantaskan diriku...
Namun mungkin benar, yang baik untuk yang baik dan sebaliknya.

Mungkin kelu bisu dan keluguanku menyapa,
akan menjadi baik pada akhirnya..
Aku akan menunggu perjumpaan lainnya,
mungkin saja dengan dia,
mungkin saja dengan lainnya..


Minggu, 27 April 2014

Jajanan Kata - Kata

Kembali menikmati jajanan kata - kata Iqbal Prayadi Saputra...

"Kadang keindahan tak selalu menampakan diri... Seperti pelangi dimalam hari misalnya.
Dia ada, kamu saja yang tak menyadarinya"
***


"...Yang menyakitkan adalah ketika aku bertanya, lalu kau diam membisu. Dan yang menakjubkan adalah dalam diammu itu kau mendoa'kan aku."
***

"Ketika menunggu menjadi sebuah pekerjaan sia - sia , terkadang menjadi permainan antara kesetiaan dan kerinduan, kau hanya perlu ketabahan untuk berlalu dari tujuan."
***

"Aku senang kalo kamu bahagia, walau tanpa aku sekalipun."
Aku pun sama dengan kamu, sangat, sangat dan sangat membenci kalimat ini.
***

"Mari kita teruskan saja berdoa, agar cinta kita layaknya kertas dan pena.
Mereka adalah sepasang yang selalu setia."
***

"Bisa saja lembar pertama dan terakhir bertemu, dengan memaksa mencabut sampul buku.
jadi ada peluang untuk bersatu. Ahh.. namun bukankah buku tanpa sampul seperti pedang tumpul,
bagai mengikat tanpa simpul"
***

Sabtu, 26 April 2014

Entah harus di beri judul apa

Mengutip kalimat dari "Iqbal prayadi saputra"

....Yang aku percaya, Tuhan adalah sebenar-benarnya pemilik hati manusia, jadi aku tak pernah menyerah meminta hatimu kepada Tuhan. Karena aku tahu, sangat sulit memintanya langsung padamu...
******

Hhmm..Konyol, tapi banyak yang mengalami hal beginian.

Upss...Met malam minggu, Kamu..
Yang disana..

Akan kulupa seperlunya


Akan kulupa seperlunya,
ketika air mata jatuh karna kecewa.
Akan kulupa seperlunya,
ketika langkah tak seirama dengan takdir.
Akan kulupa seperlunya,
ketika percaya ini berbuah penghianatan.
Akan kulupa seperlunya,
kecuali pada bagian aku pernah jatuh,
pada hatimu..

Karna Cinta..

"Sebab kita tak pernah tahu kapan hidup akan berlalu. Maka, sambil menunggu waktu, biarkan aku mencintaimu dengan sebaik-baik cinta yang kau mau.." (kotak perak berpita ungu)

Teruntuk kamu yang aku pilih,
dan yang telah sudi memilihku...
Mungkin tiada indah setiap harinya,
namun aku berusaha menjadikannya 
mudah untuk kita ingat...

Tentang sapa ketika pagi hari, yang mungkin 
telah bosan kau baca ketika berbaris di pesan ponselmu setiap hari.

Tentang makan siang dan makan malam,
Yang tak jarang aku masak dan kubungus rapi didalam kotak makanan.
Yang meski tak kau habiskan karna katamu terlalu banyak,
Yang meski kadang kau tolak dengan alasan telah makan.

Tentang ucapan selamat beristirahat,
dan bisikan doa yang kukirimkan dari pembaringanku,
agar kiranya Tuhan menyampaikan hangatnya di pembaringanmu.

Ya, tentang apa - apa saja yang mulanya istimewa
dan kemudian menjadi biasa...
Namun ingatlah satu,
aku melakukannya karna cinta...
dan doaku semoga, kau adalah masa depan yang masih aku raba.


Untuk Kawanku

Ingat derap langkah kita waktu dulu,
berlari kesana kemari, menyeka keringat sesekali.
Memutari lapangan luas dengan tertawa lepas.
Entahlah mengapa berada dibawah terik matahari 
dan langit biru,
 bisa sangat begitu menggembirakan ketika itu...

Kawan, kini yang tersisa adalah kerikil kenangan yang berserakan di halaman hati...
Setiap masa yang terlewati adalah oase kenangan yang menghapuskan dahaga jiwa..

Kawan, semuanya kini mungkin tiada pernah
bisa terulang dengan begitu mudah.
Kita bukan lagi bocah yang mau berlari di lapangan luas 
seperti dulu.

Kini, masa telah membuat kita
menjadi siapa - siapa yang dulu kita tunjuk ketika ditanya
apa cita - cita , masing - masing dari kita.

Kadang kita seakan lupa,
kita adalah bocah yang pernah beraroma matahari.
kita adalah bocah yang berlomba mencapai ujung tepi sungai.
Ketika berenang beramai - ramai..

Kawan, reuniku malam ini adalah melalui doa.
Semoga kamu dalam kehidupanmu,
senantiasa mendapat kesuksesan,
Semoga umur panjang dan kesehatan selalu baik.
Agar kiranya mungkin tikungan jalan takdir bersedia mempertemukan kita nanti.
Kita akan bisa menghabiskan sedikit waktu sore yang tersisa.
Bukan lagi untuk berlari seperti dulu.
Tapi untuk bersama-sama, berhenti sejenak dari kesibukan dunia.
Dan menikmati segala jerih upaya kita dengan menikmati secangkir teh hangat dan kue kering.
Aku menantikan saat - saat itu, kawan.

Note : Untuk kawan - kawan masa kecilku, miss u all..

Jumat, 25 April 2014

Perjalanan itu


Perjalanan yang mengajarkanku,
tentang bagaimana mempercayakan hati dan rasa.
Ada yang tampak begitu ingin memiliki,
namun tak lebih dari sekedar bermain dan membuat hati berserakan.

Perjalanan yang menghadiahkanku,
tentang mana saja yang patut di perjuangkan.
Dan mana saja yang harus sesegera mungkin ditinggalkan dan dilupakan.
Karna tak lebih dari sekedar angan-angan yang akan disadarkan oleh siang.

Perjalanan yang membuatku,
mengerti arti kesungguhan dalam setiap rasa,
bahkan ketika itu tiada pernah sekali pun diucapkan.
Dan hanya di pancarkan lewat kerlipan cahaya mata ketika aku memandanginya.

Ya...Di seluruh kenangan yang diberikan oleh perjalanku,
akan menjadi hal pembelajaran yang mahal.
Tentang senyum yang manis ketika perih mulai terkikis,
Tulus yang ramah menyapaku, ketika tegak begitu sulit.
Uluran tangan yang senantiasa terulur,
bahkan tanpa janji sedikit pun akan mendapatkan balas dariku.

Tiada selamanya palsu, selama hati masih cukup bisa berada di posisinya.
Untuk bekerjasama dengan isi kepala, untuk tidak segan mengatakan apa yang sebenar-benarnya ingin terkatakan dan tidak dilapisi oleh kepura-puraan lagi.


Forcing the Heavens

Mungkin dari yang sebentar ini kita bisa saling mengisi?
Mungkin dari yang kita singgahi ini akan ada arti?
Kita mencoba seakan tiada tahu dimana letak berhenti.
Kita berusaha memaksa langit memutus ironi

Bukan kita yang terlalu berusaha dan seakan tak tahu diri,
namun bumi pun sudah pasti takan merestui beda abadi ini,
kamu dengan caramu mengerti Tuhan,
Dan...Aku dengan keyakinanku mengerti Tuhan...

Dia memang satu dalam makna dan nama yang rupa-rupa,
namun rantai keterbatasan manusia telah memutus paksa,
bahwa beda ini adalah beda yang tiada bisa dikompromi,
bahwa tiada yang bisa dikalahkan dan dipaksa untuk mengalah karenanya, bukan?
jalani saja? Sampai kapan, kita mampu melangkah dalam dua tujuan ibadah yang beda?
Ikuti saja takdirnya? Takdir siapa yang kamu maksudkan disini, Sayangku?
Takdir Tuhan-mu atau Tuhan-ku?
Jika masih menjawab itu saja kita akan menemukan lebih dari satu jawaban,
Masihkan angkuh dan arogan ini akan kuat membungkusnya melindungi kita dari dunia?



Kamis, 24 April 2014

Nadia...Amnesia...

Kepak sayap kupu-kupu mengejutkanku
Sesekali melirik arloji yang memeluk pergelangan tangan
Ahh...bayangmu masih juga belum ditangkap
 oleh retina mataku.
Semoga kamu tidak lupa, hari ini...
  
Sedari pagi aku mematut diri di depan cermin kamar
mengandai-andai, apakah kamu akan memujiku
dengan baju ini, yang warnanya adalah warna kesukaanmu
Ahh...Aku lupa, kamu jarang memujiku hanya karna sesuatu.

Aku memastikan sebuah bungkusan kecil didepanku.
Sebuah cup cake yang biasa saja, jauh dari kesan istimewa,
Kecuali karna cup cake itu adalah satu dari lima cup cake yang berhasil
Ahh...ya, berhasil aku selamatkan dari gosong, bantat dan gagal menghiasnya.

Sudah empat jam berlalu,
Pesan singkatku pun tak ada tanda - tanda bisa menemui frekwensi jaringan ponselmu.
Bahkan penjawab yang menyatakan jika kamu berada diluar jangkauan sinyalku sudah lebih dari berbelas kali aku dengar ketika mencoba menghubungimu...
Ahh...Mungkin satu jam lagi sebelum senja kamu akan tiba disini, memelukku meski untuk beberapa menit saja, ya...beberapa menit saja...Aku rindu

Semburat bahagia, begitu ringtone nada pesan masuk menggeliat di telingaku
Tapi...Ketergesaanku membacanya hanya menyisakan air mata...
"Nadia...dimana?. Bukankah sudah berkali Bunda Ingatkan, Lambang telah tiada, hari ini, bahkan esok pun kalian tidak akan punya waktu lagi untuk bersama-sama mencicipi cup cake itu, Sayang. Pulanglah, sebentar lagi senja dan malam akan tiba. Pulanglah, Sayang."

Note : Nadia...Amnesia... Dedikasi khusus untuk sebuah perasaan hati... Terimakasih atas waktu yang pernah ada, Terimakasih atas Kasih Sayang itu, Sayang...


Selasa, 22 April 2014

Cerita Malam


Berikut adalah cerita - cerita pendek yang menginspirasi,
semoga mendapat sesuatu setelah kalian membacanya;

1. Hari ini, Ibuku meninggal setelah pertempuran panjang dengan kankernya. Sahabatku tinggal 2000 mil jauhnya dan menelponku untuk menghibur. Sementara di telepon, ia bertanya, "Apa yang akan aku lakukan jika dia muncul kerumahku dan memberi pelukan terbesar di dunia?" "Aku pasti akan tersenyum," jawabkku. Tak berapa lama dia membunyikan bel pintuku.

2. Hari ini ketika aku melihat kakek dan nenekku yang berusia 75 tahun bercanda konyol satu sama lain dan tertawa didapur, aku merasa sepertinya aku punya bayangan sekilas tentang apa itu cinta sejati. Aku harap  merasakannya suatu hari nanti.

3. Ketika lahir kedua tangan kita kosong, ketika meninggal kedua tangan kita juga kosong. Waktu datang
dan pergi tidak membawa apa - apa. Jangan sombong karena kaya, jangan minder karena miskin.
 Bukankah kita semua hanyalah tamu dan semua milik kita hanyalah pinjaman.
 Datang ditemani oleh tangis, pergi juga ditemani oleh tangis.

4. Kadangkala, kita perlu menjadi manusia pelupa. Lupa pada siapa yang menyakitimu, lupa pada siapa yang membencimu, lupa pada siapa yang meninggalkanmu. Agar kamu tidak bersedih dan mampu meneruskan perjalan ini tanpa berhenti karena mengingatnya.

note : dihimpunn dari beberapa sumber.

Selamat hari Kartini, Ibuku

Ibu pernah mengusirku minggat dari rumah
Tetapi menangis ketika aku susah
Ibu tak bisa memejamkan mata
Bila adikku tak bisa tidur karena lapar

Ibu akan marah besar
Bila kami merebut jatah makan
Yang bukan hak kami

Ibuku memberi pelajaran keadilan
dengan kasih sayang
Ketabahan ibuku
Mengubah rasa sayur murah
jadi sedap

Ibu menangis ketika aku mendapat susah
Ibu menangis ketika aku bahagia
Ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda
Ibu menangis ketika adikku keluar dari penjara

Ibu adalah hati yang rela menerima
Selalu disakiti oleh anak-anaknya
Penuh maaf dan ampun

Kasih sayang ibu 
adalah kilau sinar kegaiban Tuhan
membangkitkan haru insan
dengan kebajikan
Ibu mengenalkan aku kepada Tuhan

note :
Dari buku - Aku ingin jadi peluru - karya Widji Thukul 1986

....Buat Ibuku, 
Terimakasih...telah begitu hebat,
Menjadi sosok yang hangat dalam gigil yang hebat
Terimakasih...telah begitu kuat,
Menjadi sosok yang menggenggam hatiku erat dan menegakkan tubuhku
saat dalam cobaan hidup yang berat
Terimakasih...
Selamat hari kartini, sosok yang membesarkanku sendirian.
Kaulah Kartini sejati yang kutemui sejak pertama kali mulai belajar berdiri dan mandiri.


Senin, 21 April 2014

Cinta itu, bagaimana aku.

Aku mungkin telah bersusah payah
Mencari sesuatu yang sebenarnya telah aku miliki.

Aku mungkin telah bersusah payah
Mencari kebahagian yang sebenarnya mengendap di dasar hatiku.
Terutama setelah hati itu di isi oleh kamu...

Aku menarik nafas panjang...
Serasa ingatan ini menghantarkan aroma
tujuh tangkai mawar yang pernah kamu beri untukku pertama kalinya...


Aku mencintaimu meski tanpa mawar - mawar itu,
Aku mencintaimu meski tanpa satu kotak yang berisi bunga yang tiada pernah berhasil aku tanam
Konyol sekali mengingat - ingat hal itu.

I love you,
Kamu, yang mungkin lupa mengatakan itu lagi saat ini.
I love you,
Kamu, yang berhasil membuktikan padaku.
bahwa cinta itu bukan soal berapa sering dan banyak kita mengucapkannya.
Namun seberapa kuat kita bertahan didalamnya, 
Saat pilihan untuk mendua, begitu kuat mendera.

Karna, 
Cinta itu, bagaimana aku.

Kepada Kamu

Kepada kamu yang tiada pernah letih mencintaiku...
Aku tiada pernah menemukan benar - benar bagaimana dan hal apa yang membuatmu bisa sebahagia dulu.

Kepada kamu yang tiada pernah letih mengertiku...
Maafkan aku, yang tiada pernah bisa mengerti sederhananya pikiranmu untuk membuatku bahagia.

Kepada kamu yang tiada pernah letih memelukku dalam doa-doa mu...
Maafkan aku, yang belum bisa menjadi apa yang kamu mau.

Kepada kamu yang tiada pernah letih menerima segala kurangku...
Maafkan aku, yang kerap kali menuntutmu untuk menjadi ini dan itu 

Kepada kamu...Aku mencintaimu sejak hari itu...
Sejak melihatmu dengan kemeja putihmu
Sejak membingkai senyum lugumu
Dalam ingatanku

Aku rindu, bersandar dibahumu lagi...

Karna hidup akan terus berlanjut


Malam ini rindu datang samar - samar 
Melewati ambang batas sopan yang ada, dia merenggut penuh alam bawah sadar
Menguatkan hati dengan sisa harapan yang tercabik oleh kenyataan nanar
Ya, tiada pilihan lain selain melanjutkan ini bukan?
Karna tanpamu pun hidup akan terus menerus berlanjut,
sebelum Tuhan benar - benar bersedia memeluk kita di istananya dengan erat






Jumat, 18 April 2014

Dan aku pun masih...

Karena hidup itu bagaimana memilah kenangan..
Karna kadang ketabahan kita tak setabah doa yang melangitkan pinta pada sang pemilik setiap hati 

Bagaimana belajar melepaskan yang seharusnya dilepaskan, merelakan yang sudah seharusnya di relakan, dan... tentang bagaimana saat merasakan kehilangan tanpa di iringi air mata yang berlinangan

Di suatu malam pekat yang begitu lihai menyamarkan mendung , 
seorang hawa yang hening menikmati riak degub rindu yang bertamu, 
akhirnya luruh jua air mata yang tak pernah jadi penurut,
ketika diminta menurut untuk tidak jatuh lagi malam ini.


INGATAN ADALAH KATA DENGAN TULISAN DI PENA YANG TERBUANG.

Hidup adalah proses yang kita nikmati perjalanannya.

Jika kau hendak menuju ke selatan lalu aku ke utara.

lalu kau bertanya?

Apakah mungkin kita masih dapat bertemu?

Aku berkata,

Iya,

Berapa banyak orang lain bilang, jika kau ke utara dan aku ke selatan, 
maka kita akan berselisih jalan.

Tidak sayang.

Bukankah kemana pun kau hendak berjalan,
Kita akan di pertemukan di satu titik yang menyatukan.

Ingatlah, bumi ini bulat dan bukan persegi empat.

Note : Dari sebuah tulisan Dessy Achieriny - INGATAN ADALAH KATA DENGAN TULISAN DI PENA YANG TERBUANG.

Sisi Memory


Apa yang bisa kita temui di waktu nanti,
Di satu waktu yang dengan bangga kita serukan sebagai masa depan
Dan dengah pongah mentertawakan masa lalu, yang dengan tertatih mampu kita lewati

Aku mencari kita yang terlupa akan panggilan sayang,
karna waktu menjadi teramat begitu mahal, bahkan hanya untuk saling menautkan pandang.

Aku masih bahagia, meski kau tak perlu bersusah payah mengupayakannya.
Aku masih bahagia, memandangi sisi - sisi memory menggunakan hati,
 dengan mata terpejam ini aku bisa mengumpulkan segalanya yang pernah dengan riang kita lalui

Manis, pahit, getih, suka, tawa, tangis, kecewa, amarah dan ingkar...
Aku membasuh rindu yang digerimiskan hujan, pada kubangan - kubangan ingatan 


Ambigu Bisu

Cara terindah untuk mengingat dan di ingat..
Olehmu, tentu saja.. dan oleh mereka yang sempat singgah menikmati guratan - guratan yang jauh dari sempurna ini...

Aku sebut saja kau purnama, 
yang tentu saja tak bisa datang di setiap malam.
Bulat penuhmu menyejukan mata,
teduhkan hati dengan aksara yang tak jarang mengundang tanda tanya..

Engkau adalah ambigu bisu,
yang sukar akal sederhanaku mengerti..
Kadang kecupan serupa candu menjejalkan aroma - aroma masa lalu..
Kita, kamu, dunia yang berisikan mereka - mereka itu...




Rabu, 16 April 2014

Kidung Kerinduan

Lama tak menatap wajahmu,
Apakah guratan lelah makin bertambah di rupamu?
Kamu yang terbaik dari yang terbaik yang pernah aku miliki.

Senyuman getir menyeruak lebar,
mencoba agar ia mampu menghangatkan kalbu.
Ahh..aku terlampau merindu

Kamu priaku,
aku ingin bersandar dilenganmu.
Apa mungkin diantara rejaman jarak yang membentang?

Kamu sosok hebat yang tiada pernah mau terlihat,
Meski dirimu selalu saja terlibat
Dalam setiap keresahan yang menghebat

Sabarlah...Sabarlah...
Aku menenangkan diri dan menyemangati...
Bukankah masih ada esok dan esok lagi
Katamu..Kau pun begitu ingin bertemu

Semoga saja garis takdir seketika membeku.


Selasa, 15 April 2014

Kenang Langit


Sahabat adalah lawan, saat kita membutuhkan teman bicara.
Sahabat adalah kawan, ketika kita memerlukan tempat berbagi rasa.
Ia datang tidak dengan materi, namun dengan hati.

( Sinopsis buku "Kenang Langit" by Kirana Kejora)

Ya...Sahabat.
Sesosok yang bisa meneduhkan, disaat kala masalah mendera.
Meski tanpa berkata-kata dan hanya duduk diam disamping kita.


Minggu, 06 April 2014

Jangan berwajah sendu, kekasihku.


Jangan berwajah sendu kasihku
Meski waktu belum memutuskan untuk berpihak pada kita

Jangan berwajah sendu kekasihku
Sebab pertemuan kita mungkin belum mendapat restu bumi
Sehingga matahari menyingkir pergi agar tiada diminta menjadi saksi
Oleh mereka-mereka yang amat pandai menghakimi

Jangan berwajah sendu kekasihku
Karena aku sedang berdiskusi dengan Tuhanku
Agar menjadi pendampingmu, menjadi keputusan-Nya yang baku.

Jadi...Bersabar saja, nikmati saja.
bukankah sang waktu adalah sahabat dan musuh yang hebat.
Tak ada yang bisa mendebat, kemampuannya untuk menyeret kita
kembali ke masa lalu dan ke masa depan secara cepat

Sehingga...Ayolah, jangan berwajah sendu, kekasihku..

Sabtu, 05 April 2014

Saat aku dan kamu pernah punya waktu

Beberapa barisan kali ini,
kutulis tanpa berharap kau baca.


Kepada kamu yang semaunya menampakan bayang-bayang.
Ya, bayang-bayang wajahmu yang kerap kali kuajak berbincang diam-diam.


Ada senyum yang masih saja tercipta bila mengingatnya, mengingatmu, mengingat kita.


Hidup bukanlah sandiwara,
bukan pula pentas meski kita masing-masing
tak jarang memainkan peran watak saat menjalaninya..

Banyak rekaman adegan-adegan yang senantiasa disebut kenangan
Yang cukup membahagiakan bila kita memutarnya sendirian.

Meski ada dia, mereka dan lainnya di sekian banyak rekaman itu,
Namun tentangmu adalah sesuatu yang berbeda dan mungkin agak lebih istimewa.

Apakah kamu juga punya rekaman itu?
Tentang kita yang hanya terekam dalam singkatnya pertemuan.

Apa kamu ingat, senyum pertamamu untukku?
Sebab aku mengingatnya. Kamu membuatku terhipnotis berkali-kali.

Ingin mengajakmu bicara lagi atau menanggapi lagi usahamu untuk memulai percakapan.
Tapi...aku takut, takut akan kembali membuat rekaman ingatan yang baru lagi..

Biarlah, hanya hati yang benar-benar tahu,
bahwa bahagia yang begitu sederhana ini, 
pernah tercipta, saat kamu dan aku pernah punya waktu,
untuk saling bicara dan berbagi cerita...