Seharusnya aku percaya.
Mungkin kata terlambat akan menjadi sangat tepat
Aku masih belum percaya
Akan rasa yang kerap kau bisikan begitu jelas ditelingaku
I love you, darimu.
Aku punya pilihan yang sama sekali tidak ingin aku pilih.
Akan jadi egoiskan bila membiarkan yang ada tetap selayaknya?
Katamu waktu tiada pernah menunggu.
Ya, kamu benar, sayang.
Waktu kita tak pernah banyak
Bahkan nyaris takut semua tidak akan pernah sempat.
Akankah kita menyesal?
Lagi-lagi aku menjawab, "Entahlah, aku tiada pernah tahu."
Dan, semoga saja itu tidak akan membuat kita menjadi ragu-ragu.
Karena kita sudah memulai, pertanyaannya sederhana.
Cukup beranikah (KITA) menyelesaikannya?
Aku tiada pernah tahu, namun entahlah kamu.
Mungkin kata terlambat akan menjadi sangat tepat
Aku masih belum percaya
Akan rasa yang kerap kau bisikan begitu jelas ditelingaku
I love you, darimu.
Aku punya pilihan yang sama sekali tidak ingin aku pilih.
Akan jadi egoiskan bila membiarkan yang ada tetap selayaknya?
Katamu waktu tiada pernah menunggu.
Ya, kamu benar, sayang.
Waktu kita tak pernah banyak
Bahkan nyaris takut semua tidak akan pernah sempat.
Akankah kita menyesal?
Lagi-lagi aku menjawab, "Entahlah, aku tiada pernah tahu."
Dan, semoga saja itu tidak akan membuat kita menjadi ragu-ragu.
Karena kita sudah memulai, pertanyaannya sederhana.
Cukup beranikah (KITA) menyelesaikannya?
Aku tiada pernah tahu, namun entahlah kamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar