Bunga
Lily itu mulai layu,padahal sudah aku tambahkan dua bongkah kecil es batu
kedalam vasnya.Aku menyukai bunga lily,bentuknya yang unik berbeda dari
bunga-bunga yang ada membuat perasaan bahagia selalu muncul tiap kali melihat bunga
ini.Diantara beraneka warna aku paling suka lily putih.Lily putih itu
melambangkan kesucian,kesederhanaan dan spiritualitas.Terutama bunga Lily putih
didalam vas merah jambu dihadapanku ini,bunga kali ini benar-benar
istimewa.Lilium Candidum atau lebih dikenal dengan nama Madonna Lily,pemberian
Fey.Sekaligus bunga lily pertama yang
aku terima dari seorang cowok.Tumben,malam kemarin dia membawakanku bunga pada saat
pulang dari kantor.Meski dari cara dia memberikannya tidak seromantis mantan
pacarku saat memberikan satu buket besar bunga mawar.Tapi,bukankah dia saat ini
memang bukan pacarku?.Setidaknya baru dia yang mengetahui bahwa aku lebih
menyukai setangkai lily daripada satu buket mawar merah.Dan bunga Lily
pemberian Fey ini pun benar-benar hanya satu tangkai.”Bunga mahal!” ucapnya
sambil bersungut-sungut waktu memberikannya dari balik pintu kamar kostku. ”Lantas,kenapa
dibeli?!” tanyaku setengah berteriak setelah dia langsung pergi begitu saja
menuju lantai atas kamar kostnya.”Biar kamu pulih dari kegilaanmu akhir-akhir
ini.”jawabnya diikuti suara dentuman pintu kamarnya.”
“Kegilaanku?
Akhir-akhir ini?.Hmm..enak saja dia mengataiku sudah tidak waras” batinku.Seandainya
kejadian yang menimpaku ini menimpanya,apa dia bisa lebih waras dibanding aku
saat ini?.Semuanya dimulai sejak satu bulan lalu.Saat Indra memutuskan untuk
mengakhiri hubungan kami.Hubungan yang sudah berjalan hampir selama empat
tahun.Hubungan yang hampir tidak pernah diisi dengan pertengkaran.”Apa karena
semua terlalu berjalan mulus? Terlalu manis? sehingga Indra bosan?!.” Aku
menyeka lagi air mata bodoh yang seenaknya terjatuh seolah sudah berjalan
diluar kendaliku. Hampir semua orang yang mengetahui hubunganku dan Indra sudah pasti bisa memastikan, jika pelaminanlah
tempat bermuaranya jalinan kasih diantara kami.Bagiku Indra adalah sosok pacar
idaman.Ramah,punya karier gemilang,sopan dan pandai bersikap.Orang tuaku dan
orang tuanya pun sudah saling melempar restu.Tapi tepat di satu bulan sebelum
perayaan hari jadi kami yang keempat,Indra meminta kami
berpisah.Yahh,berpisah!.Tidak lagi terikat dalam hubungan sepasang
kekasih,tidak lagi bertukar kabar,tidak lagi saling mengingatkan untuk
melakukan aktivitas sepele yang sebenarnya tanpa diingatkan pun akan kami lakukan.Seperti
sarapan,makan siang,mandi maupun ucapan hangat sebelum tidur dan megingatkan
untuk segera bangun serta ucapan selamat beraktivitas di pagi hari.Tidak ada
lagi malam-malam minggu yang dinanti-nanti.lenyap sudah kesempatan bisa
menghabiskan porsi makan siang bersama meski tergesa disela kesibukan yang
merajai waktu.
“Mau bareng, ga’?” entah kapan
munculnya manusia satu ini,tau-tau sudah ada didepanku dengan motornya.“Ehh..bukannya
kamu alergi naik motor,ya? Lupa aku!” timpalnya lagi seraya menambah gas
motornya dan berlalu begitu saja dari hadapanku. “Bodoh,Fey bodoh...” makiku
dalam hati.Seraya melirik arloji tangan,”Gawat bisa telat ngantor,nich!” ucapku
resah.Akibat sindrom Indra semalam, mengganggu jadwal normal tertidur.Salahnya
aku terlalu manja,menanti morning call ala Indra membangunkanku dengan
kalimat-kalimat sayang yang menyejukan pendengaran di pagi hari. “Bad habbit!”
gumamku lagi dalam hati.Tapi kebiasaan yang sudah terjadi bertahun-tahun,memang
tidak mudah untuk dirubah dalam waktu satu bulan,bukan?.Rasanya taxi maupun
angkot tidak ada yang lewat satu pun dari tadi,padahal sudah setengah jam aku
berdiri di sini.Biasanya banyak angkot atau taxi yang lewat di jalanan depan
kost-kostanku .Sambil sesekali menyeka keringat yang menetes akibat sibuk
mondar-mandir.Aku mulai mengirimkan pesan singkat melalui bbm maupun sms ke beberapa
teman kantor.Berisikan kalimat bahwa aku akan sedikit telat sampai kantor dan
meminta bantuan solodaritas mereka untuk sudi kiranya membuat angka tepat waktu
jam kantor ada di kartu absen bulanan.”hahaha....rahasia umum sesama rekan
kantor.”
“Masih belum dapat angkot?
Ups...taxi?” suara menjengkelkan yang beberapa menit lalu kudengar,menyapaku
dari arah belakang.“Keliatannya gimana?” jawabku sekenanya tanpa memalingkan
wajah dari ponsel yang kupegang. “Mau numpang,ga’ nich?!” tanyanya sambil
memainkan batang rokok yang dipegangnya. Aku menghela napas. Kesal!. Tapi apa
boleh buat kalau memang tidak ada pilihan lain. Aku memasukan ponsel
kesayanganku kedalam tas dan naik di atas motor Fey. “Tunggu apa lagi?”
tanyaku,karena Fey tidak juga menjalankan motornya. “sadar nggak sich kamu? Ini
motor,bukan sedan seperti punya mas Indramu!” jawabnya. “Ya,sadarlah. Pastinya
nggak ada ac,nggak ada musik yang bisa didengar dan kalo hujan pasti basah
kuyup.Memangnya aku ga’ bisa bedain mana mobil mana motor?!” jawabku,kesel
banget.“Bagaimana mau jalan,kalau kamu nggak pakai helm?” tanya Fey datar.Nada
sinisnya tiba-tiba menghilang,berganti dengan gelak tawa.“Parah,ya? Perempuan
kalo patah hati bisa seperti orang linglung.”Suara tawanya semakin keras kali
ini sambil memegang perutnya. “Aku juga pernah patah hati. Tapi,nggak seperti
kamu.” Lanjutnya sambil memasangkan helm dikepalaku.Sementara aku seperti anak
taman kanak-kanak menurut saja.Fey pun melajukan motornya.”Fey pernah sakit
hati? Oya?” Setahuku sejak dua tahun lalu dia dan aku satu kantor,aku sama
sekali nggak pernah melihat dia dekat dengan seorang perempuan.Aku karyawan
baru di kantor yang sudah mempekerjakan Fey lebih dulu. Aku malah berpikir
dia....Ihhhh....”Amit-amit” Batinku seraya menggelengkan kepala.
Baru kali ini aku menumpang
berangkat ke kantor naik motor Fey.Dulu sebenarnya dia sering menawarkan diri
untuk pergi bersama kekantor.Tapi aku selalu menolak.Alasannya jelas,aku pacar
orang.Walaupun tidak setiap kali Indra bisa mengantarku pergi ngantor,aku tetap
menjaga perasaannya dengan membatasi pertemanan ke lawan jenis.Aku yakin Indra
pun melakukan hal tersebut.Sampai,aku memergokinya sedang dekat dengan karyawan
baru di Bank tempat dia bekerja.Sebenarnya waktu itu adalah sebuah
ketidaksengajaan.Aku ingin mengembalikan jaketnya yang tertinggal di
kost.Berkali aku mencoba menghubunginya,dia tidak pernah merespon.Pesan singkat
maupun bbm dariku pun sepertinya sudah mulai diacuhkannya.Itulah sebabnya aku
berinisiatif untuk langsung mampir ke kantornya sesaat sebelum aku pergi
kerja.Aku menggelengkan kepala mencoba membuyarkan lamunanku,agar kenangan
melihat dia bermesraan dengan perempuan setengah bugil didalam ruang kerjanya
musnah dari ingatan.Padahal waktu itu aku masih memberikan maaf dan mencoba
menganggap itu sebuah kesalahan yang siapa pun bisa melakukannya.Namun pada
kenyataannya justru dia sendiri yang meminta hubungan kami berakhir.Aku menahan
deburan arus air mata yang ingin segera membobol tembok irigasi mata.
“Kamu yakin,masih mau ngantor sudah
telat hampir satu jam?” tanya Fey.Aku melirik arloji dipergelangan tangan.”Ya
tuhan! Sudah pukul sembilan pagi,beneran
telat parah” aku menghela napas.Ternyata di persimpangan jalan depan sedang ada
perbaikan jalan.Itu sebabnya angkot maupun taxi nggak bisa melintas di depan
kost.“Tadi aku sudah titip absen ke Heni,lebih nggak enak dong kalau tiba-tiba
malah ga’ muncul di kantor?.” Jawabku.“Bagus kalo kamu sering naik motor
seperti pagi ini.Biar otaknya bisa menghirup oksigen dengan bebas.” Ucap Fey.“Bagus?.Menghirup
polusi dibilang bagus.Nggak salah ini orang?” batinku.”Besok kalau mau numpang
lagi juga boleh,udah ga’ ada yang marahkan?” tanyanya. “Aku? Numpang? Tadi itu
bukannya kamu yang maksa, ya?” Jawabku sambil tersenyum.“Maksa gimana? Enak
aja!.” “Tadi bukannya kamu sudah pergi,ngapain balik lagi?.” “Kasian!” jawabnya
singkat” Kasian? What?” Aku mengumpat dalam hati.
Akhirnya kami sampai di parkiran
kantor.Aku membuka helm dan menyerahkannya ke Fey.Anehnya Fey bukannya
menyambut helm dari tanganku,tetapi malah memegang pergelangan tanganku.Matanya
begitu tajam,aku baru menyadarinya.Setelah beberapa saat menatapku,akhirnya Fey
buka suara.“Aku hanya nggak pengen lihat kamu sedih lagi.Aku memang nggak punya
mobil,ehh...lebih tepatnya belum punya,nanti pasti punya.Tapi motorku punya
tempat,satu tempat untuk kamu duduki,lily adyawati.Mulai hari ini,aku nggak
pengen ketemu kamu dengan mata bengkak seperti panda karena kebanyakan nangis
dan kurang tidur malam.Mulai hari ini,aku nggak mau melihat kamu didepan
komputer malah bengong mikirin Indra yang belum tentu masih memikirkanmu.Jangan
debat aku soal yang satu ini,karena aku juga laki-laki seperti Indra.Sedikit
banyak jalan pikiran kami sama.hanya saja,aku tidak akan sebodoh
dia,melepaskanmu hanya untuk menggantimu dengan orang lain.” Fey membalikan
badan dan mulai berjalan berlawan arah dari tempatku berdiri.Sementara aku
masih belum bisa berkata-kata.Tiba-tiba dia menghampiriku lagi lalu
memelukku,dan dia berbisik “Satu lagi kebodohan kamu,kenapa percaya Indra
begitu cinta kamu?.Padahal bunga
kesukaanmu saja dia nggak pernah tahu.”
Tangisku
pecah,entah tangis kali ini untuk apa? Apakah masih tangisan yang sama karena
kehilangan Indra?.Sepertinya bukan,ini bukan tangisan untuk Indra lagi.Tapi ini
adalah tangisan untuk semua yang selama empat tahun ini aku anggap bahagia dan
sempurna,ternyata menjadi sebuah kebodohan yang sia-sia.Aku tidak menyesal
kehilangan empat tahunku,aku bersyukur karena setelah ini bukan lagi mawar yang
akan menyemarakan hari-hariku.Meski mawar indah,tapi itu bukanlah sesuatu yang
benar-benar aku suka.Sekarang,hari ini dan selanjutnya,aku mulai bisa menikmati
dan mendapatkan apa yang aku suka,yang benar-benar aku suka.Bunga Lily,meskipun
sebatang.Lilium Candidum adalah bunga yang aku tahu sangat sulit untuk
mendapatkannya.Bunga itu hanya tumbuh dinegara-negara West Asia seperti Arab
Saudi,Turkey dan enam belas negara lainnya.Bunga itu hanya mekar di musim
dingin dan terkadang beberapa mampu tumbuh di musim semi,meski kecil
kemungkinannya.Lilium Candidum pun tumbuh di pegunungan berbeda dari
bunga-bunga Lily lainnya yang bisa tumbuh dilembah.Aku tahu dengan pasti usaha dia
untuk mendapatkan bunga Lily jenis satu ini dibutuhkan sebuah usaha yang tidak
mudah.
Namun tentu saja aku belum bisa terlalu berharap banyak
sebelum Fey benar-benar menyatakan perasaannya padaku.Sebab bunga Lily putih itu selain melambangkan kesucian,kesederhanaan,spiritualitas
juga melambangkan persahabatan.Tapi aku menikmati hari ini jauh lebih baik dari hari kemarin,bersama cinta
yang getarannya mampu kurasa meski belum kudapatkan dari Fey.Seperti angin yang berhembus
menyejukanku,meski tidak bisa aku lihat dan raba wujudnya.Dan angin itu adalah Fey Anggara
note : Sudah pernah saya posting pada bulan februari lalu dengan judul "Sebatang Bunga Lili" ,namun tepat di penghujung maret saya rasa perlu mengedit ulang ceritanya dan mengganti judulnya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar