Sepertinya akhir-akhir ini aku jadi begitu lihai dalam urusan menyakiti hati...
Apakah ini akibat dosis pertemuan yang lebih?
Aku senang bertemu dengan mu
Tapi apakah kita bukan dua orang yang punya perasaan sama
Perasaan yang begitu gampang terluka
Karena lapisan perasaan kita, ternyata begitu tipisnya
Ada beberapa hal yang tak lagi mau kita bahas terlalu lama
Ada beberapa hal yang terkesan kita hindari untuk membicarakan
Ada beberapa hal yang begitu mudahnya membuat kita terluka
Padahal saat jarak begitu dekat, semuanya bisa terselesaikan dengan sederhana
Yah, mungkin aku yang terlalu kerasa kepala
Jangn lupa, aku telah lama membiasakan diri tanpa cinta
Ada tiga ratus sekian puluh hari dikali tiga
Aku menjejakan kaki dan berdiri tegak tanpa perasaan cinta
Ke kaum sepertimu tentu tentu saja
Sekarang aku canggung cenderung bersikap
Sekarang ada banyak hal rancu yang mulai aku biasakan kembali
Apa itu? Mencintai seseorang lagi
Dan...kamu bertanya, apa terlalu berat menjadi kekasihmu?
Aku menjawab dalam hati IYA...
Tapi aku akan terus mencoba...Setidaknya ada proses yang harus kita tempuh
Dan aku tidak ingin menyerah kalah sebelum proses itu berakhir dengan bahagia
Aku kerap kali mencoba menyadarkan diri
Sekali lagi menyadarkan diri
Bukankah apa yang kita bangun ini
memang diawali oleh begitu banyaknya
Hal-hal yang diluar nalar sehat bisa bekerja?
Saatnya meletakan nalar itu jauh-jauh
Karena saat nalar itu menjauh
Justru kita bisa bahagia
ataukah aku salah?
Tolong aku untuk menemukan
Kita yang dulu pernah begitu bahagia
Bahkan sangat bahagia
sebelum adanya sentuhan, tatapan, canda tawa secara berhadap-hadapan
Katamu ini hubungan yang mengalami kemunduran
Kataku, apa iya sebuah hubungan harus terus maju kedepan?
Sekali waktu mundur kebelakang mungkin diperlukan
Setidaknya untuk menengok kembali...
Apa yang sebelumnya kita biarkan
Untuk kembali diperbaiki dan diselesaikan
Agar tidak lagi, menjadi batu sandungan di depan jalan
Bukannya masa lalu adalah pembelajaran?
Agar tidak terulang dimasa depan
Aku hanyalah seseorang yang memiliki perasaan RUMIT
Aku sendiri bahkan sering dibuat jatuh bangun untuk menyederhanakan
Tapi percaya satu hal...
Aku selalu menginginkan yang terbaik untukmu
Sekalipun itu melukaiku
Dan jika engkau sudah lelah berada dalam labirin RUMIT yang MENYEBALKAN dan MEMBOSANKAN...
Aku sudah menyiapkan hati untuk melepaskanmu pergi...
Jadi jangan repot-repot bertahan disini
Terlebih jika, aku selalu kau anggap menjadi seseorang
Yang tidak pernah bisa, menjadi sosok wanita
Yang kau mau-i secara sempurna...
Maaf...Otakku terlalu dijejali banyaknya himpitan dari berbagai penjuru
Sebenarnya kehadiranmu aku harap mampu, membuatku sedikit saja bernapas lega
Dan mempunyai tempat untukku berkeluh kesah dan menjadi aku yang sebenarnya aku
Tapi sekali lagi...kau cemburu pada sikap manisku pada mereka
Mereka yang kau anggap bahkan tidak pantas untuk menerima sikap manisku itu
Maaf...Aku terlalu berharap kau jadi udara bagi jiwaku
Apakah ini akibat dosis pertemuan yang lebih?
Aku senang bertemu dengan mu
Tapi apakah kita bukan dua orang yang punya perasaan sama
Perasaan yang begitu gampang terluka
Karena lapisan perasaan kita, ternyata begitu tipisnya
Ada beberapa hal yang tak lagi mau kita bahas terlalu lama
Ada beberapa hal yang terkesan kita hindari untuk membicarakan
Ada beberapa hal yang begitu mudahnya membuat kita terluka
Padahal saat jarak begitu dekat, semuanya bisa terselesaikan dengan sederhana
Yah, mungkin aku yang terlalu kerasa kepala
Jangn lupa, aku telah lama membiasakan diri tanpa cinta
Ada tiga ratus sekian puluh hari dikali tiga
Aku menjejakan kaki dan berdiri tegak tanpa perasaan cinta
Ke kaum sepertimu tentu tentu saja
Sekarang aku canggung cenderung bersikap
Sekarang ada banyak hal rancu yang mulai aku biasakan kembali
Apa itu? Mencintai seseorang lagi
Dan...kamu bertanya, apa terlalu berat menjadi kekasihmu?
Aku menjawab dalam hati IYA...
Tapi aku akan terus mencoba...Setidaknya ada proses yang harus kita tempuh
Dan aku tidak ingin menyerah kalah sebelum proses itu berakhir dengan bahagia
Aku kerap kali mencoba menyadarkan diri
Sekali lagi menyadarkan diri
Bukankah apa yang kita bangun ini
memang diawali oleh begitu banyaknya
Hal-hal yang diluar nalar sehat bisa bekerja?
Saatnya meletakan nalar itu jauh-jauh
Karena saat nalar itu menjauh
Justru kita bisa bahagia
ataukah aku salah?
Tolong aku untuk menemukan
Kita yang dulu pernah begitu bahagia
Bahkan sangat bahagia
sebelum adanya sentuhan, tatapan, canda tawa secara berhadap-hadapan
Katamu ini hubungan yang mengalami kemunduran
Kataku, apa iya sebuah hubungan harus terus maju kedepan?
Sekali waktu mundur kebelakang mungkin diperlukan
Setidaknya untuk menengok kembali...
Apa yang sebelumnya kita biarkan
Untuk kembali diperbaiki dan diselesaikan
Agar tidak lagi, menjadi batu sandungan di depan jalan
Bukannya masa lalu adalah pembelajaran?
Agar tidak terulang dimasa depan
Aku hanyalah seseorang yang memiliki perasaan RUMIT
Aku sendiri bahkan sering dibuat jatuh bangun untuk menyederhanakan
Tapi percaya satu hal...
Aku selalu menginginkan yang terbaik untukmu
Sekalipun itu melukaiku
Dan jika engkau sudah lelah berada dalam labirin RUMIT yang MENYEBALKAN dan MEMBOSANKAN...
Aku sudah menyiapkan hati untuk melepaskanmu pergi...
Jadi jangan repot-repot bertahan disini
Terlebih jika, aku selalu kau anggap menjadi seseorang
Yang tidak pernah bisa, menjadi sosok wanita
Yang kau mau-i secara sempurna...
Maaf...Otakku terlalu dijejali banyaknya himpitan dari berbagai penjuru
Sebenarnya kehadiranmu aku harap mampu, membuatku sedikit saja bernapas lega
Dan mempunyai tempat untukku berkeluh kesah dan menjadi aku yang sebenarnya aku
Tapi sekali lagi...kau cemburu pada sikap manisku pada mereka
Mereka yang kau anggap bahkan tidak pantas untuk menerima sikap manisku itu
Maaf...Aku terlalu berharap kau jadi udara bagi jiwaku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar