Malam
ini,jarum pendek arlojiku baru saja menunjuk ke arah angka tujuh dan jarum panjangnya
menunjuk ke angka dua belas.Aku menepikan motor bebek kesayanganku di deretan
parkir Tepian.Tepian adalah tempat yang sering digunakan warga lokal kotaku
terutama pemuda pemudinya untuk berkumpul dan bertukar cerita tentang apa
saja.Disebut Tepian karna letaknya benar-benar ditepi sungai Mahakam.Lampu kota
yang dibalut pekatnya malam memperindah suasananya,belum lagi kita bisa mencium
aroma sungai dan mendengar suara ombak kecil Mahakam,sungai terpanjang kotaku.Sungai
ini memiliki biota air yang langka yaitu ikan Pesut.Ikan Pesut mirip sekali
dengan ikan lumba-lumba,karenanya sering dijuluki lumba-lumba air tawar. Sayangnya,saat
ini ikan Pesut termasuk salah satu hewan paling langka di Indonesia. Banyak hal
yang menyebabkan populasi Pesut ini menjadi terganggu.Jumlahnya pun saat ini
hanya sekitar tujuh puluh ekor yang menghuni daerah hulu dari sungai
Mahakam.Hewan yang menjadi identitas Kalimantan timur ini semakin sukar untuk
ditemui.Tidak seperti cerita kakekku,dulu jika kita berdiri di pinggiran sungai
mahakam,kita bisa melihat lumba-lumba air tawar itu berenang dan melompat
keudara layaknya lumba-lumba asli.Indah sekali mendengar cerita kakek mengenai
Pesut sekitar dua puluh sampai tiga puluh tahun silam.
Aku
sendiri belum pernah melihat pesut asli.Hanya bisa melihat monumen air mancur
pesut yang dibuat sebagai simbol kotaku tepat di seberang jalan dimana dengan
megahnya kantor gubernur kalimantan timur dibangun. Seandainya saja ada cara
untuk menghentikan penyusutan jumlah populasi Pesut. Aku yakin sekarang dan di
masa depan akan banyak orang yang bisa melihat kelucuan Pesut saat berenang
dengan bebas di Mahakam.Sehingga duduk di Tepian seperti sekarang bisa menjadi
hiburan tersendiri,begitu lumba-lumba air tawar itu muncul dan melompat ke
udara.Sekarang Pesut hanya mampu bertahan hidup di hulu Mahakam,daerah
terpencil yang masih belum dipadati aktivitas manusia yang tanpa sengaja maupun
sengaja merusak alam beserta habitat didalamnya. Di masa depan nanti anak cucu
kita hanya bisa mendengar cerita nyata keberadaan Pesut Kalimantan Timur lewat
kisah kakek neneknya atau jangan-jangan mereka hanya akan menganggap Pesut
adalah hewan dari dunia dongeng yang diceritakan tiap kali mereka akan tidur
saja. Benar-benar menyedihkan membayangkan hal tersebut.
Aku
menatap kelapa hijau muda didepanku,tadinya begitu ingin aku meminum air
didalamnya.Tapi begitu sang penjual sudah menyajikannya lengkap bersama gula
aren dan sedikit susu kental manis putih aku kehilangan selera untuk
meminumnya. Tepian terasa sunyi malam ini,pengunjung tampaknya tidak begitu
memadati tempat ini.Apa dikarenakan hujan yang tanpa permisi datang sejak sore
hari tadi,menjadikan orang-orang lebih memilih berdansa ditempat tidur dengan
selimut hangat mereka. Aroma jagung bakar mengusik indra penciumanku.Ada
beberapa orang tampaknya sedang memesannya dan beberapa diantaranya sedang
berdiskusi mau menggunakan bumbu apa saat menyantapnya.
Oya,namaku Lily.
Tiga hari lagi genap aku berusia dua puluh tahun.Didalam tubuhku mengalir darah
penduduk suku asli kota ini,suku dayak.Kalimantan timur tepatnya di samarinda
telah berbaik hati mengizinkan bayi mungil itu lahir.Disuatu malam yang cerah
oleh pendar bintang,diantara desah napas dan pergulatan Mami melawan maut ketika
memperjuangkan napasku agar bisa menghirup nikmatnya udara di muka bumi Borneo.
Akhirnya bayi perempuan itu resmi membuat pertumbuhan populasi penduduk di
Samarinda bertambah.Dan sekarang menjadi gadis manis dengan rambut hitam
panjangnya, bulu mata lentik serta....stop! hehehehe,aku jadi besar kepala
mendeskripsikan diriku sendiri.
Hari ini
sebenarnya aku juga enggan melangkahkan kaki keluar dari persembunyian
hangatku.Tapi hari ini aku harus menemui
seseorang dari luar kota.Dia anak teman Mami semasa sekolah dulu di pulau jawa.Mami
sendiri adalah pendatang dari tanah jawa di tanah Borneo,tanah yang menyimpan
begitu banyak kekayaan alam terpendam.Penghasil beribu sumberdaya alam yang menggiurkan.Sedangkan Papi adalah
seorang penduduk lokal yang memiliki darah suku setempat.Setahuku kisah cinta
mereka begitu manis,menyatukan dua perbedaan menjadi satu.Melebur atas nama
cinta dan janji sehidup semati dalam ikrar rumah tangga.Entahlah,apa aku bisa
menemukan pangeran impian seperti papi.Jujur saja sejauh aku melangkahkan kaki
di bumi tuhan,aku belum pernah jatuh cinta.
Dua puluh tahun? Dan belum pernah
jatuh cinta.Normalkah itu? Bahkan sekedar cinta monyet sekalipun aku belum
pernah merasakan getarannya.”Ada yang salah dengan kepekaan anatomi tubuhmu,dech.”
Tutur sahabatku melati beberapa waktu lalu.saat aku tidak pernah merespon balik
setiap ucapan dan usaha lawan jenis yang mencoba mendekatiku. “Apanya yang
salah?” tanyaku lugu. “Entah bagian otak atau hatimu atau mungkin jangan-jangan
kamu suka sesama jenis?” Melati menatapku sambil tertawa. “Kalau benar
begitu,siap-siap aja kamu digosipkan pacaran sama aku” kerlingku nakal
kearahnya. Melati bergidik, “Ihhh...bagus aku jadian sama Hatta.Cowok yang
mati-matian mengejar cinta sang lesbian.Banyak yang ngantri jadi pacar
dia,tuh?.kamu malah,no respond.Aneh!.” Sepenggal obrolan selama sekolah SMU
dulu membuatku mengulum tawa .
Ringtone
ponselku berbunyi,sebaris nomor yang aku tidak kenal muncul dilayarnya.
“Siapa,ya?” ujarku.Sebelum sempat mengangkatnya dering ponsel terhenti.Aku kembali
memasukan ponsel ke dalam tas.Belum sempat benar-benar masuk ponselku kembali
berdering.”Hallo! benar dengan Lily?.Saya Edmund,anaknya mama Agnes.Temen mama
kamu.” Suara diseberang sana tidak segera kujawab. “Jadi anak temen mami itu
cowok?. Kenapa mami nggak kasih tau dari awal,ya?.Kalau cowok bukannya lebih
baik disuruh datang langsung kerumah? Ngapain aku yang disuruh ketemu duluan?
Di Tepian lagi? Mamiiiii!.” Batinku. Sebab,Tepian itu identik dijadikan
sepasang muda mudi yang sedang berpacaran untuk bersua.
“Hallo?
Hallo?” suara itu kembali muncul membuyarkan lamunanku. “Ya,hallo juga.
Betul,ini Lily.Kamu ada dimana ya sekarang? Ed...? Siapa tadi nama kamu?”
tanyaku karena jujur saja aku tidak terlalu memperhatikan ucapannya diawal
pembicaraan.”Edmund.Nama saya Edmund. Saya lagi kebingungan,nich? Sekarang saya
berada dimana,ya?” jawabnya. “What? Berada dimana? Maksudnya?” agak aneh ini
cowok pikirku. “Kamu dikalimantan Edmund.Tepatnya di samarinda” jawabku
sekenanya. “Yee..itu mah saya juga tau.maksud saya,ini supir taxinya mau saya
suruh pergi kearah mana?.” OMG! Ternyata dia bingung masalah taxi. “Bilang aja
Tepian,supir taxi pasti tahu tempat ini.” “Ok!” klik,tut tut tuttt....
Rasanya
aku belum selesai ngomong di Tepian sebelah mana aku tunggu dia saat ini.Sudah
main tutup telepon aja,ini orang.Aku menghembuskan napas sedikit kesal. “Awas
aja nanti kalau dia telepon lagi! Aku cuekin baru tau rasa.” Selang lima belas
menit kemudian ponselku kembali berdering.Sebaris nomor yang muncul dilayar
sudah dicerna dengan baik oleh otakku,kalau itu adalah nomor hp Edmund.Walaupun
aku belum sempat save di phone book hp.
“Ly!
Saya udah di Tepian,kamu yang mana ya?” tanyanya. “Yang mana,bagaimana?. Tepian
itu lumayan panjang tahu. Kamu turun dari taxi disebelah mana? Aku di dekat
monumen air mancur Pesut.” Jawabku agak ketus. “Monumen apaan?” tanyanya. “Pesut.Ikan
Pesut.” “Emangnya itu nama ikan ya? Kok, dari tempatku berdiri aku nggak liat ada
monumen ikan?” jawabnya terdengar agak panik. “Kamu jalan,dech.Cari di mana ada
monumen air mancur bentuknya ikan,aku pas didepan sebelah kiri.didekat penjual
jagung bakar dan es kelapa muda.” Jawabku. “oh,oke-oke. Tapi ngomong-ngomong
disinikan semuanya jualan jagung bakar,ya?” jawabnya yang membuatku sedikit menahan
tawa. “Emang. Tapi monumen air mancur pesut, ‘kan Cuma ada satu. Selamat
berjuang,ya. Edmund.” Balasku sambil buru-buru menekan tombol off di hp.
Kira-kira
sepuluh menit kembali Edmund menelepon. “Saya sudah di depan monumen air mancur
ikan teri,nich.” Ucapnya. Hahahaha,suaranya terdengar kesal. “ya,tunggu disitu
jangan kemana-mana.Biar aku yang kesitu susulin kamu.” Seperti apa ya orang
yang bernama Edmund itu.Dari suaranya sich terdengar cukup friendly.Nggak tahu
dech aslinya. Ups,kali ini giliranku yang kebingungan.Aku lupa menanyakan
ciri-cirinya.Hahahaha,ternyata tidak susah untuk mengetahui yang mana orang
yang bernama Edmund.Sebab Cuma dia satu-satunya orang yang memandangi monumen
air mancur pesut malam-malam begini.
“Hai!”
sapaku dari arah belakangnya. Sosok yang bernama Edmund itu pun membalikan
badan. Sesaat dia terdiam melihat ada seorang cewek manis menyapanya
(hiperbolaku kambuh lagi).”Oh,hai!. Kamu pasti Lily,ya?” tanyanya sambil
tersenyum. Dan,bagai kesamber petir disiang bolong aku yang tadinya mau pasang
aksi super duper cuek jadi mellting melihat senyum kecilnya barusan. Ada
sesuatu yang bermain-main dihatiku untuk sesaat. “Hallo?” ujarnya sambil
melambaikan tangan tepat didepan wajahku.
to be continue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar