Tawa itu terukir lagi dibibirnya, entah apa yang dipikirkan didalam kotak kepala miliknya, hanya dia dan kebekuan yang tahu.
Jemarinya menari-nari dibibir gelas kopi,
Seakan ada ledakan hebat yang ingin meledak saat ini.
namun, pilihan diam lebih menguasainya.
Jalan takdir harus dia ikuti..
Dengan bijaksana sebuah suara pernah berkata kepadanya,
"Dalam hidup, apa yang kamu anggap baik belum tentu baik."
"Dalam hidup, apa yang kamu pikir akan membahagiakan, belum tentu membahagiakan.
"Jalani apa yang sudah ada digenggaman tangan, meski mungkin melukaimu, meski mungkin membuat hatimu bernanah menahan duka, namun yakinlah Tuhan menggariskan begitu, untukmu."
Tarikan napas panjang, berhembus kencang diantara linangan air mata
yang jatuh satu-satu tanpa diminta.
Note : Nikmati saja waktu.
Toh, kamu tahu, siapa yang aku cinta. Kamu.
Jemarinya menari-nari dibibir gelas kopi,
Seakan ada ledakan hebat yang ingin meledak saat ini.
namun, pilihan diam lebih menguasainya.
Jalan takdir harus dia ikuti..
Dengan bijaksana sebuah suara pernah berkata kepadanya,
"Dalam hidup, apa yang kamu anggap baik belum tentu baik."
"Dalam hidup, apa yang kamu pikir akan membahagiakan, belum tentu membahagiakan.
"Jalani apa yang sudah ada digenggaman tangan, meski mungkin melukaimu, meski mungkin membuat hatimu bernanah menahan duka, namun yakinlah Tuhan menggariskan begitu, untukmu."
Tarikan napas panjang, berhembus kencang diantara linangan air mata
yang jatuh satu-satu tanpa diminta.
Note : Nikmati saja waktu.
Toh, kamu tahu, siapa yang aku cinta. Kamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar