Senin, 02 Juni 2014

SEBAGAIMANA

Aku tidak punya apa-apa untuk menjamin hatimu tetap
terjaga dalam kidung bahagia.
lantas aku pun bertanya-tanya, mengapa
aku berani menjatuhkan rasa pada hatimu? 

Aku tiada pernah tahu pasti kapan permulaan rasa ini tercipta...sebagaimana aku yang tiada pernah tahu
kapan dan bagaimana ini berakhir..

kadang persetan dengan norma.
lalu sebagian waras yang berasusila diluar sana
akan menunjukan kastanya yang bijaksana.
yah..tentu..tentu saja dengan rangkuman hujatannya.

salahkah menjadi beda...
beda dalam menentukan siapa yang dicinta? 
kewarasan itu apakah berbatas hanya dengan mengikuti kaum yang ramai.
ya kaum yang beramai-ramai bisa seenaknya mendikte.
Mendikte mana benat dan mana salah dalam kamus baku mereka.

entahlah, cintaku...entahlah..
apakah kita mengalah saja.. bermunafik dengan mengikuti yang ramai itu?
supaya kita bisa melenggang tanpa panah api yang siap mereka lepaskan kapan saja.

atau tetap berkeras kepala? 
menjunjung apa yang sebagian kecil kita mengangap benar?
semoga saja dari semua kesalahan dimata mereka yang ramai itu.
cinta kita akan mampu menjadi satu pembenaran.
pembenaran yang mereka tidak bisa salahkan.
semoga..aku sayang kamu...

tolong..jangan pernah berani-berani, kamu..
Tinggalkanku, sendirian.
Meski sekalipun surga adalah tujuan kepergianmu.
mintalah, untuk tinggal.
dua kali lipat lebih lama, bersama segenap egois ku...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar