Selasa, 05 Agustus 2014

Mengertikah Kamu, Tuan?

Kita mengerti apa yang kita bicarakan
Lalu kita menjadi tuli dan buta 
Kita mengerti apa yang membahagiakan
Lalu kita berlari dan memperebutkan
Kita mengerti arti air mata
Lalu masih saja kita bermain tikam-tikaman
Kita mengerti arti kesepian
Lalu kita membungkus rapat-rapat kenangan untuk diperbincangkan


Kenapa?
Tidak perlu menjadi tuli, saat mendengarkan kata-kata yang benar, tentang kita.
Tidak perlu menjadi buta untuk melihat kepura-puraan yang kita sandiwarakan.

Mengapa?
Tanpa bersama pun bahagia akan bisa kita temukan.
Sekali waktu aku tlaktir kopi dan mari kita berdamai bercerita, apa sebenarnya bahagia itu.

Karena?
Goresan luka tidak akan begitu saja menghilang, Sayang.
Jadi waktu kita yang semakin sedikit tersisa ini, cobalah kita relakan untuk saling membiarkan.
Ya, membiarkan dari masing-masing kita bahagia, meski tidak lagi bersama.

Dimana?
Setiap kita masih punya kesempatan untuk bahagia 'kan?
Jadi tidak usah saling menghibur dengan kenangan usang agar kita dapat sehari lagi bertahan.
Lepaskan, Sayang. Kita tidak akan kesepian. Tuhan punya banyak sketsa yang bisa kita mainkan.
Meski pemeran utama dihidupmu bukan lagi aku dan sebaliknya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar