Selasa, 05 Agustus 2014

Senja Berlalu

Aku membaca pelangimu
yang pendarnya meremang satu-satu
lalu menghilang begitu saja bagai tersapu.

Ada ragu untuk berlari lagi ke masa itu.
Dimana berpuluh surat tak terkirim telah menyimpanmu.
Rapat dan begitu dalam, di bekas kaleng kue sagu.

Karena bagaimana akan tersampaikan surat- surat itu,
Jika harga prangko berpuluh ribu
Takan mampu mengirim surat tanpa alamat yang dituju.

Kamu, Tuan yang kurindu.
Dimanakah keberadaanmu?
Adakah awan akan berbaik hati memberi tahu?
Pada sepasang mata yang memandangnya setiap senja berlalu?
Aku...Rindu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar