Minggu, 31 Maret 2013

Sebuah Foto dan Syal Merah

Aku melihatmu lagi disudut itu, diam-diam sendirian... Aku mencoba mengamati gerak-gerikmu yang seperti sedang menanti sesuatu, dengan selembar foto ditangan kanan gemetarmu dan sebuah syal merah marun mengikat melingkari tangan kirimu....

Pertanyaan memberontak otakku, untuk apa syal itu melingkari punggung tanganmu? dan foto siapa yang sepersekian menit kau pandang, lalu matamu nanar menatap kesetiap bis yang berhenti...Siapa sebenarnya yang kau nanti? mengapa telah kau tekuni berhari-hari...

jam makan siang telah terlewati, kakimu masih tetap enggan beranjak pergi...Aku bertanya lagi dalam hati, tak bisakah seorang yang kau nanti-nantikan itu pulang sendiri, jika dia adalah salah satu kerabat atau anggota keluargamu...Atau jika memang dia seorang yang asing terhadap kota ini, tak bisakah dia membuang pulsanya untuk mengabarimu. Agar kamu tidak terus-terusan menanti sesuatu yang tak pasti...

Siapakah dia yang mampu melarangmu untuk sebentar saja beranjak dari tempatmu berdiri? siapakah dia yang mampu membuat rasa lapar terkalahkan oleh rasa penantian ingin bertemu?
Ahhh...aku sendiri mengapa jadi pencermat setiap gerakanmu...Ada iba melihat jari-jarimu gemetar...dan ada rasa muak melihat tetes air mata yang pasti menutup adeganmu menanti di setiap sore, ketika semua bis itu sudah berhenti beroperasi dan akan melanjutkannya lagi esok pagi..
Sampai kapan kegiatan bodoh ini terulang, ingin sekali aku menyapamu untuk sekedar bertanya, namun siapalah aku, untuk terjun kedalam bagian cerita hidupmu...

Akhirnya rasa penasaran yang telah sekarat dalam benakku terjawabkan...Aku telah tahu kamu menantikan siapa...Menantikan seorang yang telah berjanji akan datang, membawakan lingkaran perak bermata intan yang akan membawamu kepelaminan...Namun takdir berkhianat, dia mengakhiri semua mimpi indahmu dan sang pria, dalam sebuah petang berbalut awan hitam dan kilatan petir disertai hujan yang membuat seluruh isi bis yang dia tumpangi tergelincir masuk ke perut jurang...tepat tujuh hari sebelum janji suci tersemat...Dalam sadarmu yang terbang bersama jiwa-jiwa yang hilang sore itu, kamu tetap menantinya, seolah hari dimana dia akan datang itu adalah hari ini,esok,lusa dan hari-hari selanjutnya....Syal merah itu adalah hadiah terakhir yang dikirim pangeranmu bersama pelukan-pelukan hangatnya disetiap guratan surat yang dia kirimkan...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar