Rabu, 27 Maret 2013

PARDOFELIS BADIA (Kucing Merah)...



Kucing merupakan hewan lucu yang sudah tidak asing di pendengaran kita, bahkan banyak dari kita yang mempunyai kegemaran memelihara hewan satu ini salah satu alasan mungkin karena kelucuannya.
Dari sekian jenis kucing, pernahkah anda mengetahui ada kucing asli Indonesia (Kalimantan) yang merupakan satwa yang dinyatakan langka bahkan hampir punah keberadaannya...
Sebagai penduduk asli Kalimantan, saya sendiri mengakui, belum pernah melihat kucing merah atau yang dikenal dalam nama latin, PAERDOFELIS BADIA...

Data terakhir ditahun 2007 menunjukan spesial kucing merah hanya ada sekitar 250 individu dewasa...
Hewan yang sangat bergantung pada populasi hutan ini memang terancam punah, bukan hal aneh jika Kalimantan yang terkenal hutannya pun masih tidak bisa dianggap memberikan andil bagi kelestarian hewan ini, karena tanpa disadari pembakaran hutan, penebangan hutan secara ilegal dan perintisan lahan yang terkadang dilakukan oleh manusia dengan brutal...Belum lagi penangkapan yang berujung penjualan ilegal satwa liar ini juga menjadi faktor selanjutnya penyebab kepunahan satwa ini.

Kucing merah yang dikenal dalam bahasa Inggris dengan sebutan Borneo bay cat, Bornean marbled cat ini juga tersebar di sekitar daerah serawak dan sabah, Malaysia...
Kucing merah diperkirakan sudah ada di bumi sejak empat juta tahun lalu, saat pulau kalimantan masih bersatu dengan daratan asia. Kucing merah merupakan saudara dekat yang masih memiliki garis keturunan nenek moyang yang sama dengan ASIAN GOLDEN CAT atau Kucing Emas, yang terdapat di pulau sumatera dan beberapa daerah di kawasan asia tenggara...

Meskipun bersaudara dengan Kucing Emas, namun bentuk tubuh Kucing merah jauh lebih kecil...Kucing ini pun mendiami dataran di kawasan hutan yang boleh dibilang masih sangat lebat...Karena sukarnya menemukan jejak maupun penampakan kucing merah, maka sebagian ilmuan beranggapan kucing ini mempunyai mobilitas kehidupan yang misterius dibalik keunikannya...

Namun pagi ini saya membaca berita TEMPO.CO, judulnya SPESIES LANGKA DITEMUKAN DI TAMAN NASIONAL KUTAI (Kalimantan Timur)..
Berikut isi beritanya....

Peneliti dari Wildlife Conservation Research Unit (WildCRU) Susan Cheyne dan Wiwit Juwita S. mengungkap temuan sejumlah hewan langka sebagai kekayaan hayati di Taman Nasional Kutai. Mereka menangkap  gambar macan dahan (neofelis diardi), kucing merah (pardofelis badia), beruang madu (helarctos malayanus), rusa sambar (cervus unicolor), dan banteng (bos javanicus).
Para peneliti menggunakan metode pemasangan 98 unit kamera perangkap di dalam kawasan TNK. Gambar hasil jepretan kamera trap itu dipresentasikan kepada Balai TNK di Kota Bontang, 25 Maret 2013. "Kucing merah ini sangat langka," kata Susan Cheyne selaku peneliti utama.
Susan menekankan penelitiannya pada keberadaan dan kepadatan kucing-kucingan di TNK. Susan sendiri mengutamakan meneliti macan dahan. Dia menjelaskan kucing-kucingan memang masih ada karena terekam oleh kamera yang dipasang pada radius 1,5 kilometer. "Tapi jumlahnya tak banyak, alasannya mungkin TNK bukan wilayah kucing-kucingan dan yang mungkin juga adanya perburuan," kata Cheyne.
Menurut Cheyne, kamera yang dipasang banyak memotret orangutan Kalimantan (Pongo Pygmaeus Morio) yang turun ke tanah. Selama 40 hari terpasang, terekam ada 48 foto orangutan dari 22 lokasi pemasangan kamera. Cheyne beralasan orangutan turun ke tanah karena di bawah lebih banyak makanan dibandingkan di atas pohon. Selain itu, ancaman dari macan dahan berkurang.
Hernowo Supriyanto, Kepala Seksi Pengelola Taman Nasional Kutai I Wilayah Sangatta mengaku kaget dengan temuan ini. Menurutnya pemerintah melalui Kementrian Kehutanan ragu masih ada macan dahan, kucing merah dan banteng di TNK. "Dengan temuan ini keraguan beberapa pihak terjawab," kata Hernowo, Selasa, 26 Maret 2013.
Hernowo mengaku lega dengan ditemukannya banteng. Sejauh ini selama ini keberadaan banteng di taman nasional hanya berupa jejak kaki. TNK memiliki luas 198.269 hektare. Wilayah penelitian hanya mencakup 80-100 kilometer persegi.


Walaupun hingga kini masih belum bisa melihat bagaimana wujud asli si Kucing Merah, setidaknya saya lega..karena di hutan kalimantan, masih mampu menjaga dan berperan aktif akan kelestarian ekosistem alam...Kita jangan hanya memikirkan monorel, pesawat ulang-alik, robot, dsb...Mari kita tengok sejenak, bagaimana sesungguhnya hubungan simbiosis mutualisme di alam, sehingga hingga sekarang kita masih bisa hidup di alam Indonesia...Semoga hutan kalimantan tidak mengalami deforestasi yang semakin parah, sehingga kita bisa menjaga habitat-habitat langka itu untuk diperlihatkan ke anak cucu, bukan sebagai wacana atau pun buku dongeng bergambar semata...

SETUJUKAH ANDA????....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar