Minggu, 31 Maret 2013

LILIUM CANDIDUM



Bunga Lily itu mulai layu,padahal sudah aku tambahkan dua bongkah kecil es batu kedalam vasnya.Aku menyukai bunga lily,bentuknya yang unik berbeda dari bunga-bunga yang ada membuat perasaan bahagia selalu muncul tiap kali melihat bunga ini.Diantara beraneka warna aku paling suka lily putih.Lily putih itu melambangkan kesucian,kesederhanaan dan spiritualitas.Terutama bunga Lily putih didalam vas merah jambu dihadapanku ini,bunga kali ini benar-benar istimewa.Lilium Candidum atau lebih dikenal dengan nama Madonna Lily,pemberian Fey.Sekaligus  bunga lily pertama yang aku terima dari seorang cowok.Tumben,malam kemarin dia membawakanku bunga pada saat pulang dari kantor.Meski dari cara dia memberikannya tidak seromantis mantan pacarku saat memberikan satu buket besar bunga mawar.Tapi,bukankah dia saat ini memang bukan pacarku?.Setidaknya baru dia yang mengetahui bahwa aku lebih menyukai setangkai lily daripada satu buket mawar merah.Dan bunga Lily pemberian Fey ini pun benar-benar hanya satu tangkai.”Bunga mahal!” ucapnya sambil bersungut-sungut waktu memberikannya dari balik pintu kamar kostku. ”Lantas,kenapa dibeli?!” tanyaku setengah berteriak setelah dia langsung pergi begitu saja menuju lantai atas kamar kostnya.”Biar kamu pulih dari kegilaanmu akhir-akhir ini.”jawabnya diikuti suara dentuman pintu kamarnya.”
“Kegilaanku? Akhir-akhir ini?.Hmm..enak saja dia mengataiku sudah tidak waras” batinku.Seandainya kejadian yang menimpaku ini menimpanya,apa dia bisa lebih waras dibanding aku saat ini?.Semuanya dimulai sejak satu bulan lalu.Saat Indra memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami.Hubungan yang sudah berjalan hampir selama empat tahun.Hubungan yang hampir tidak pernah diisi dengan pertengkaran.”Apa karena semua terlalu berjalan mulus? Terlalu manis? sehingga Indra bosan?!.” Aku menyeka lagi air mata bodoh yang seenaknya terjatuh seolah sudah berjalan diluar kendaliku. Hampir semua orang yang mengetahui hubunganku dan Indra  sudah pasti bisa memastikan, jika pelaminanlah tempat bermuaranya jalinan kasih diantara kami.Bagiku Indra adalah sosok pacar idaman.Ramah,punya karier gemilang,sopan dan pandai bersikap.Orang tuaku dan orang tuanya pun sudah saling melempar restu.Tapi tepat di satu bulan sebelum perayaan hari jadi kami yang keempat,Indra meminta kami berpisah.Yahh,berpisah!.Tidak lagi terikat dalam hubungan sepasang kekasih,tidak lagi bertukar kabar,tidak lagi saling mengingatkan untuk melakukan aktivitas sepele yang sebenarnya tanpa diingatkan pun akan kami lakukan.Seperti sarapan,makan siang,mandi maupun ucapan hangat sebelum tidur dan megingatkan untuk segera bangun serta ucapan selamat beraktivitas di pagi hari.Tidak ada lagi malam-malam minggu yang dinanti-nanti.lenyap sudah kesempatan bisa menghabiskan porsi makan siang bersama meski tergesa disela kesibukan yang merajai waktu.
            “Mau bareng, ga’?” entah kapan munculnya manusia satu ini,tau-tau sudah ada didepanku dengan motornya.“Ehh..bukannya kamu alergi naik motor,ya? Lupa aku!” timpalnya lagi seraya menambah gas motornya dan berlalu begitu saja dari hadapanku. “Bodoh,Fey bodoh...” makiku dalam hati.Seraya melirik arloji tangan,”Gawat bisa telat ngantor,nich!” ucapku resah.Akibat sindrom Indra semalam, mengganggu jadwal normal tertidur.Salahnya aku terlalu manja,menanti morning call ala Indra membangunkanku dengan kalimat-kalimat sayang yang menyejukan pendengaran di pagi hari. “Bad habbit!” gumamku lagi dalam hati.Tapi kebiasaan yang sudah terjadi bertahun-tahun,memang tidak mudah untuk dirubah dalam waktu satu bulan,bukan?.Rasanya taxi maupun angkot tidak ada yang lewat satu pun dari tadi,padahal sudah setengah jam aku berdiri di sini.Biasanya banyak angkot atau taxi yang lewat di jalanan depan kost-kostanku .Sambil sesekali menyeka keringat yang menetes akibat sibuk mondar-mandir.Aku mulai mengirimkan pesan singkat melalui bbm maupun sms ke beberapa teman kantor.Berisikan kalimat bahwa aku akan sedikit telat sampai kantor dan meminta bantuan solodaritas mereka untuk sudi kiranya membuat angka tepat waktu jam kantor ada di kartu absen bulanan.”hahaha....rahasia umum sesama rekan kantor.”
            “Masih belum dapat angkot? Ups...taxi?” suara menjengkelkan yang beberapa menit lalu kudengar,menyapaku dari arah belakang.“Keliatannya gimana?” jawabku sekenanya tanpa memalingkan wajah dari ponsel yang kupegang. “Mau numpang,ga’ nich?!” tanyanya sambil memainkan batang rokok yang dipegangnya. Aku menghela napas. Kesal!. Tapi apa boleh buat kalau memang tidak ada pilihan lain. Aku memasukan ponsel kesayanganku kedalam tas dan naik di atas motor Fey. “Tunggu apa lagi?” tanyaku,karena Fey tidak juga menjalankan motornya. “sadar nggak sich kamu? Ini motor,bukan sedan seperti punya mas Indramu!” jawabnya. “Ya,sadarlah. Pastinya nggak ada ac,nggak ada musik yang bisa didengar dan kalo hujan pasti basah kuyup.Memangnya aku ga’ bisa bedain mana mobil mana motor?!” jawabku,kesel banget.“Bagaimana mau jalan,kalau kamu nggak pakai helm?” tanya Fey datar.Nada sinisnya tiba-tiba menghilang,berganti dengan gelak tawa.“Parah,ya? Perempuan kalo patah hati bisa seperti orang linglung.”Suara tawanya semakin keras kali ini sambil memegang perutnya. “Aku juga pernah patah hati. Tapi,nggak seperti kamu.” Lanjutnya sambil memasangkan helm dikepalaku.Sementara aku seperti anak taman kanak-kanak menurut saja.Fey pun melajukan motornya.”Fey pernah sakit hati? Oya?” Setahuku sejak dua tahun lalu dia dan aku satu kantor,aku sama sekali nggak pernah melihat dia dekat dengan seorang perempuan.Aku karyawan baru di kantor yang sudah mempekerjakan Fey lebih dulu. Aku malah berpikir dia....Ihhhh....”Amit-amit” Batinku seraya menggelengkan kepala.
            Baru kali ini aku menumpang berangkat ke kantor naik motor Fey.Dulu sebenarnya dia sering menawarkan diri untuk pergi bersama kekantor.Tapi aku selalu menolak.Alasannya jelas,aku pacar orang.Walaupun tidak setiap kali Indra bisa mengantarku pergi ngantor,aku tetap menjaga perasaannya dengan membatasi pertemanan ke lawan jenis.Aku yakin Indra pun melakukan hal tersebut.Sampai,aku memergokinya sedang dekat dengan karyawan baru di Bank tempat dia bekerja.Sebenarnya waktu itu adalah sebuah ketidaksengajaan.Aku ingin mengembalikan jaketnya yang tertinggal di kost.Berkali aku mencoba menghubunginya,dia tidak pernah merespon.Pesan singkat maupun bbm dariku pun sepertinya sudah mulai diacuhkannya.Itulah sebabnya aku berinisiatif untuk langsung mampir ke kantornya sesaat sebelum aku pergi kerja.Aku menggelengkan kepala mencoba membuyarkan lamunanku,agar kenangan melihat dia bermesraan dengan perempuan setengah bugil didalam ruang kerjanya musnah dari ingatan.Padahal waktu itu aku masih memberikan maaf dan mencoba menganggap itu sebuah kesalahan yang siapa pun bisa melakukannya.Namun pada kenyataannya justru dia sendiri yang meminta hubungan kami berakhir.Aku menahan deburan arus air mata yang ingin segera membobol tembok irigasi mata.
            “Kamu yakin,masih mau ngantor sudah telat hampir satu jam?” tanya Fey.Aku melirik arloji dipergelangan tangan.”Ya tuhan! Sudah pukul  sembilan pagi,beneran telat parah” aku menghela napas.Ternyata di persimpangan jalan depan sedang ada perbaikan jalan.Itu sebabnya angkot maupun taxi nggak bisa melintas di depan kost.“Tadi aku sudah titip absen ke Heni,lebih nggak enak dong kalau tiba-tiba malah ga’ muncul di kantor?.” Jawabku.“Bagus kalo kamu sering naik motor seperti pagi ini.Biar otaknya bisa menghirup oksigen dengan bebas.” Ucap Fey.“Bagus?.Menghirup polusi dibilang bagus.Nggak salah ini orang?” batinku.”Besok kalau mau numpang lagi juga boleh,udah ga’ ada yang marahkan?” tanyanya. “Aku? Numpang? Tadi itu bukannya kamu yang maksa, ya?” Jawabku sambil tersenyum.“Maksa gimana? Enak aja!.” “Tadi bukannya kamu sudah pergi,ngapain balik lagi?.” “Kasian!” jawabnya singkat” Kasian? What?” Aku mengumpat dalam hati.
            Akhirnya kami sampai di parkiran kantor.Aku membuka helm dan menyerahkannya ke Fey.Anehnya Fey bukannya menyambut helm dari tanganku,tetapi malah memegang pergelangan tanganku.Matanya begitu tajam,aku baru menyadarinya.Setelah beberapa saat menatapku,akhirnya Fey buka suara.“Aku hanya nggak pengen lihat kamu sedih lagi.Aku memang nggak punya mobil,ehh...lebih tepatnya belum punya,nanti pasti punya.Tapi motorku punya tempat,satu tempat untuk kamu duduki,lily adyawati.Mulai hari ini,aku nggak pengen ketemu kamu dengan mata bengkak seperti panda karena kebanyakan nangis dan kurang tidur malam.Mulai hari ini,aku nggak mau melihat kamu didepan komputer malah bengong mikirin Indra yang belum tentu masih memikirkanmu.Jangan debat aku soal yang satu ini,karena aku juga laki-laki seperti Indra.Sedikit banyak jalan pikiran kami sama.hanya saja,aku tidak akan sebodoh dia,melepaskanmu hanya untuk menggantimu dengan orang lain.” Fey membalikan badan dan mulai berjalan berlawan arah dari tempatku berdiri.Sementara aku masih belum bisa berkata-kata.Tiba-tiba dia menghampiriku lagi lalu memelukku,dan dia berbisik “Satu lagi kebodohan kamu,kenapa percaya Indra begitu cinta kamu?.Padahal  bunga kesukaanmu saja dia nggak pernah tahu.”  
Tangisku pecah,entah tangis kali ini untuk apa? Apakah masih tangisan yang sama karena kehilangan Indra?.Sepertinya bukan,ini bukan tangisan untuk Indra lagi.Tapi ini adalah tangisan untuk semua yang selama empat tahun ini aku anggap bahagia dan sempurna,ternyata menjadi sebuah kebodohan yang sia-sia.Aku tidak menyesal kehilangan empat tahunku,aku bersyukur karena setelah ini bukan lagi mawar yang akan menyemarakan hari-hariku.Meski mawar indah,tapi itu bukanlah sesuatu yang benar-benar aku suka.Sekarang,hari ini dan selanjutnya,aku mulai bisa menikmati dan mendapatkan apa yang aku suka,yang benar-benar aku suka.Bunga Lily,meskipun sebatang.Lilium Candidum adalah bunga yang aku tahu sangat sulit untuk mendapatkannya.Bunga itu hanya tumbuh dinegara-negara West Asia seperti Arab Saudi,Turkey dan enam belas negara lainnya.Bunga itu hanya mekar di musim dingin dan terkadang beberapa mampu tumbuh di musim semi,meski kecil kemungkinannya.Lilium Candidum pun tumbuh di pegunungan berbeda dari bunga-bunga Lily lainnya yang bisa tumbuh dilembah.Aku tahu dengan pasti usaha dia untuk mendapatkan bunga Lily jenis satu ini dibutuhkan sebuah usaha yang tidak mudah.
            Namun tentu saja aku belum bisa terlalu berharap banyak sebelum Fey benar-benar menyatakan 

perasaannya padaku.Sebab bunga Lily putih itu selain melambangkan kesucian,kesederhanaan,spiritualitas 

juga melambangkan persahabatan.Tapi aku menikmati hari ini jauh lebih baik dari hari kemarin,bersama cinta 

yang getarannya mampu kurasa meski belum kudapatkan dari Fey.Seperti angin yang berhembus 

menyejukanku,meski tidak bisa aku lihat dan raba wujudnya.Dan angin itu adalah Fey Anggara



note : Sudah pernah saya posting pada bulan februari lalu dengan judul "Sebatang Bunga Lili" ,namun tepat di penghujung maret saya rasa perlu mengedit ulang ceritanya dan mengganti judulnya....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar