Kamis, 23 Mei 2013

Membingkai karya Joko Pinubo


Gadis kecil jalan seorang
dengan payung hitam.
Tangannya gemetar
menjinjing bulan
dalam keranjang
(Seribu kunang-kunang di Jakarta-2007)

Puisi telah memilihku menjadi celah sunyi
diantara baris-barisnya yang terang
Dimintanya aku tetap redup dan remang
(Puisi telah memilihku-2007)

Kaulah matahari malam
yang betah berjaga menemani saya,
menemani kata, sehingga saya
tetap bisa menyala
di remang redup kata
(Kepada Mata-2006)

Mengapa kau tinggalkan aku
sebelum sempat kurapikan lagi waktu?
Betapa lekas cium menjadi bekas.
Betapa curangnya rindu
(2003)

Kadang kepalaku 
seperti buku bagus
yang dibawa ke mana-mana
tapi tak pernah selesai dibaca
(19 feb 2013)

Dijalan yang teduh dan damai ini
Tuhan yang penuh cinta
Sering diinjak-injak
Agama
(19 feb 2013)

Sebelum tidur ia ditanya cermin :
"Kamu suka terlihat penting
untuk hal-hal yang tidak penting?"
(08 Nov 2012)

Ia memelihara bulan dimatanya
Derita yang cantik terbenam 
di balik binarnya
(07 Nov 2012)

Sebagaimana kebahagiaan
Kesedihan juga memerlukan tempat
Sunyi untuk menjernihkan diri
(14 okt 2012)

note : Seperti biasa, secangkir caramel kopi yang pekat pahit + singkong goreng yang dibalur sambal terasi, aromanya mengganggu intuisi... membuat lapar mata dan lapar hati...
Masih terus berdoa, agar otak di banjiri inspirasi... Untuk menulis lembar demi lembar lagi
mencoba menyelipkan roh didalam nya, didalam salah satu 7 deadly sins yang akan aku tulis dalam sebuah novel yang semakin diburu waktu, tuhan... berkatilah aku, amin...
(Sudut lesehan mulai di penuhi penghisap tembakau.. hhmm, tumben malam ini ramai)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar