Jumat, 24 Mei 2013

Silent Place


Aku melihat pasangan di sudut cafe roti ini... Usia yang hampir senja...
Mereka duduk berhadap-hadapan, pemandangan yang tidak biasa memang bagiku yang asli Indonesia... Mereka berkewarga negaraan asing, Bahasa yang digunakan pun campuran antara Indonesia dan bahasa Inggris... mereka menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara dengan para waiters ketika memesan makanan dan minuman, selebihnya mereka berbahasa inggris

Aku yang duduk menghadapi sebuah laptop, bisa mendengar dengan jelas isi percakapan mereka di sore hari yang diguyur oleh hujan yang cukup deras... Pengunjung cafe roti tidak seramai biasanya, musik yang diputarpun hanya berupa instrument yang begitu melantun pelan,
 nyaris membuat mata mengantuk

Kira-kira seperti ini percakapan diantara mereka (sesudah di translate tentunya)

Pria : "Masih mau berapa lama lagi kita akan menghabiskan waktu di Indonesia, sayang?"

wanita : "Belum tahu pasti. Tapi apakah kamu tidak senang bisa bersamaku, sekarang?"

Pria : (menggenggam jemari sang wanita) "Oh, ya. tentu saja saat ini adalah saat yang paling membuat aku senang, bahagia bahkan."

wanita : (mengulum senyum) "Apakah, jika kita membagi waktu setiap hari, kelak kesenangan kita akan berkurang, sayang?"

Pria : "Aku tidak pernah tahu pasti, namun mengapa harus kau tanyakan?"

wanita : "Sebab itulah, aku sedari dahulu tidak pernah memintamu untuk mau menetap, hidup dan mati kelak disisiku."

Pria : (menarik napas dalam-dalam) "Aku seorang pembosan, meski terhadapmu aku tahu bosan itu telah aku taklukan, namun aku belum berani memutuskan untuk berperang melawaan bosan saat hidup bersamamu setiap hari, sayang."

wanita : (menutupi raut kekecewaan lewat senyuman) "Yah, mungkin benar. Ada beberapa hubungan yang hanya nyaman jika bertemu sesekali waktu dalam jangka waktu yang panjang."

Pria : (Hanya mampu menarik napas dan terdiam)

wanita : "Tak perlu kau cemas dan memikirkan, ini adalah bagian kesepakatan, atas hidup dan cinta. Atas kesepakatanku kepada hatiku untuk mencintaimu. Setidaknya kita punya banyak moment indah, meski melaluinya moment itu secara terpisah dan menyatukan moment itu dalam cerita saat kita menyelinap diantara kota-kota dan negara-negara yang tidak mengenal kita."

Pria : "Aku tidak mau mengikatmu, sayang. Aku ingin kamu bisa genggam semua mimpimu. Kamu pun tahu pasti, aku ada dibelakangmu untuk menyemangati dan menyepakati semua keputusanmu, aku ada disisimu di setiap sepi malam aku menahan kantuk untuk mendengar tawa, kesal, dan terkadang tangismu lewat seluruh pesan-pesan itu."

wanita : (Hanya tersenyum) "Yah, aku tahu itu, sayang. meski yang tidak pernah kau tahu. Aku memimpikan altar itu, jauh lebih besar dari sekedar mimpi-mimpiku akan semua hal besar yang pernah kau tahu aku perjuangkan. Dan baiklah, aku akan mulai melupakan, menganggapnya tiada, bila memang itu harus merupakan jadi bagian dari kesepakatan. Kesepakatanku, agar masih bisa, memanggilmu sayang dan kau panggil sayang... I love u so much."

Pria : "sayang..."

wanita : "jika ada yang lebih membahagiakanmu dari pada melangkah ke altar itu, maka itu akan aku lakukan...Mari bersulang, karena hari ini, keinginan besar itu,
 sudah aku coret dari buku impianku dan aku buang dari pikiranku...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar