Jumat, 14 Juni 2013

Saya Perempuan

Sesungguhnya aku lebih menyukai mendengar gerutuanmu
Dari pada diammu yang menyimpan aksara-aksara 
Yang begitu sulit dan bias maknanya...
***

Semestinya kamu mengerti jelas antara batas tirai impianku
yang tidak pernah terbentur oleh perhentian
Meski kamu melenggang menepi
menjauh, Impianku akan kelak senantiasa tumbuh
***

Karena aku tetaplah berwujud manusia dengan rok dan sepatu berhak tinggi...Dengan bedak dan perona merah yang mengkilatkan pipi...Karenanyalah, aku tetaplah perempuan yang terkadang kebingungan untuk bisa memahami dengan segera, bahkan sekalipun untuk memahami diriku sendiri
***

Dalam hal kemungkinan, aku sering terlampau dibalut rasa ragu dan mencari-cari
Benarkah apa yang kamu bilang kemarin akan tetap sama semenit lagi, sejam lagi, bahkan sehari lagi...terlampau banyak hal kecil yang menjadi perca-perca rongga kepala
Sehingga kadang perempuan berpikir, apakah masa lalunya akan bisa diterima kelak oleh orang yang mengaku mencintainya berhari-hari...Sedangkan lelaki lebih dinilai dari bagaiman dia dan seperti apa masa depan yang akan dia punya nanti...
***

Kodrat perempuan senang di-gombali oleh laki-laki, meski tahu dengan pasti bahwa 
banyak kosakata yang bohong didalamnya...Laki-laki tak jarang juga merasa senang dengan sifat manja sang perempuan, meski tak jarang merasa kerepotan sendiri (jadi mikir, aku termasuk perempuan manja nggak ya?)...
Dan...Seandainya, laki-laki harus memilih salah satu dari dua pilihan, ketenangan tanpa perempuan atau kesusahan bersama perempuan, Pasti tetap saja laki-laki akan rela menerima 
kesusahan asalkan tetap bersama perempuan...Yah, bukankah hidup itu berpasang-pasangan?
***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar