Minggu, 21 April 2013

DIALOG...

Entah apa ini sebuah intermezo...Frekwensi suara berubah menjadi rentetan ayat yang menggaung pelan tapi pasti...darimu, sahabat lama yang begitu mengenali aku , sehingga meski pun alien mampu mengkloning aku sedemikian sempurna, kau akan tahu bahwa itu bukan aku...

kita bukan kekasih, tak pernah berbagi cium, hanya sesekali tanganmu kerap mengacak-acak rambutku atau meremas tanganku dengan gemas, tanpa rangkulan, pelukan...bagiku hadirmu sudah lebih dari  berpuluh milyar andromeda angkasa...

Doktrinnya membuatku terperangah, dia bilang "Lepaskan, meskipun kau telah menggenggamnya sekian tahun"...kamu tahu betul ketakutanku atas itu bukan, kawan?....aku mencoba mencari kebenaran atas keyakinanku tentang apa yang dulu aku putuskan, meskipun kau tahu benar aku akan menyesalinya di kemudian hari....Hidup bukan sandiwara katamu, bukan ladang kita mencari standing applause, meskipun apa yang mau, apa yang kita benarkan dianggap nista oleh sosialisasi yang berbaur dengan sekeliling kita, seberapa kuat kamu akan bertahan, dan membiarkan hancur lebih jauh di dalam kebahagian yang hanya kau sediakan dan pertontonkan bagi publik?...Ayolah friend, my love friend...artis pun bisa memilih peran mana yang mau ia perankan, apalagi ini kehidupan?...kamu bisa bilang tidak perduli, asalkan pencitraan itu baik dimata mereka, tapi apa mereka tahu yang sesungguhnya?...Saat kamu merasa rapuh dan bilik kecil tempat kamu mandi adalah ruangan suci untuk menumpahkan airmata...atau ketika menyuap sesendok nasi didepanku yang terbahak-bahak, air matamu merintik satu satu, gerimis tanpa sambaran kilat, kau hanya hening...dan aku hanya mampu mengulurkan selembar tissue (lagi-lagi), karena aku tidak tahu bagaimana bisa membawamu keluar dari apa yang aku tahu menyakitimu, menekan jiwamu dan kalau saja tidak ada aku tempatmu berdongeng, mungkin...yah mungkin...kau sudah cedera otak alias gila...

Aku terdiam sesaat...lalu berkata, aku pernah membacanya kawan....permainan peran membuktikan bahwa kompleksitas drama paradoksal...CINTA ITU TIDAK BEBAS...Cinta butuh drama berupa narasi-narasi yang hanya bisa dikatakan kepada dia yang (saat itu) merupakan determinan semesta...Jika cinta saja butuh permainan peran, lalu apakah semestanya berarti semestaku juga? apa aku dan dirinya berada dalam paradoks yang sama? apakah kamu yakin, telah benar-benar mengenali seseorang? dalam semesta kamu, hanya sebatas dia yang ingin kamu tahu, maka jadilah SEMESTANYA, tempat dia hidup selamanya....

kamu tersenyum, memandangiku dan berkata..."kamu kerap merasa pintar dalam kebodohanmu."....Apa yang kamu pertahankan? Apa yang teramat kamu takutkan? Tak cukup menyakitkankah selama ini?...

Ribuan kalimat ingin aku muntahkan, agar bisa melawan kalimatmu barusan...namun fakta yang kau sodorkan, telah cukup membuat semuanya jadi gagu...kelu...dan tak bisa aku jelaskan...aku ingat, kau selalu bilang "airmata adalah obat yang sempurna kala duka, gundah, merasa bersalah, kehilangan dan kecewa... tapi katamu, air mata takakan mampu membuat aku jadi lebih baik seperti beberapa minggu ini, ketika kamu tahu, aku telah memberanikan diri, membuka hati, dengan dia...yang bahkan aku sendiri belum pernah menatapnya.. kamu bilang, "kasih kesempatan kedua, bagi apa yang selalu dengan riang kamu perbincangkan (masa depan), apa kamu mau sendiri dimasa depan (ya, meski tidak benar-benar sendirian)... tapi apa layak kamu masih bersikeras bertahan??...

Aku benar-benar merasa sedang di kursi pesakitan, menanti interogasi-interogasi, jika saja aku mau..aku bisa kembali menenggelamkan diri...tapi sebagian besar diriku, ingin pergi dari sini...tapi bukankah kamu tahu, aku sangat tidak yakin dia masih akan bertahan disisiku, jika seluruh aku telah dia tahu....

"Sejak kapan kamu jadi keledai pesimis?"...Untuk sesuatu yang tidak pernah berani kau coba, maka sekali ini demi aku, cobalah...keluarlah, berbahagialah, sambut dia, beri ruang baru dihatimu untuk dia, yang aku yakin kelak bisa menutup ruang lama gelap tempatmu menghabiskan waktu-waktu berhargamu selama ini...

"Aku takut kecewa" jawabku padamu....dan kamu bilang, "bukankah selama ini kecewa itu bagian dari kamu?.. aku rasa tidak ada yang perlu benar-benar ditakutkan jikalau memang hanya itu alasanmu..."aku takut dia kecewa" jawabku lagi...Kamu menarik napas dan bilang, "aku bersumpah, jika saja seluruh dewa di angkasa mengizinkan, aku akan menarikmu keluar dari lingkaran setan yang merantaimu bertahun...tapi kamu tahu, kita telah sepakat, kamu yang lebih sepakat, untuk menganggap aku tidak pernah lebih dan tidak pernah mengizinkan aku untuk menunjukan, bagaimana bahagiaya dicintai? bagaimana rasanya kalau ada seseorang yang memikirkanmu dalam dimensi otaknya setiap hari...tidak, kamu tidak pernah mengizinkanku untuk itu, tapi aku masih mau didekatmu, karenanya aku menerima seperti apapun yang kamu maukan aku agar bisa hadir tetap didekatmu...kamu tau friend, aku turut bahagia atas cerita samarmu tentang dia yang sepertinya berhasil membuatmu jatuh cinta"....

Aku menghela napas, entah apa lagi yang akan aku tautkan padamu lewat kata-kata....aku diam...hening... dan kamu bilang, sudah larut malam, tidurlah, esok pagi embun akan berbeda warna, karna kamu telah berani, lebih berani dari kemarin...Aku tersenyum, meski aku tahu embun tak berwarna...namun perasaan hangat dicintai oleh seseorang diseberang lautan sana, akan mewarnai embun pagiku... terimakasih sahabatku, tetap terbaik hingga kini...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar