Minggu, 28 April 2013

Goresan Hujan dan Ucapan Selamat jalan

Dari mana memulainya?...
Oh, iya...Dari sebuah percakapan bersamamu ketika hujan menyapa di awal januari lalu, melukis jendela kaca dengan bias...Kamu bilang, "Kenapa tali sepatu harus diikat?" 
"Hah?! Pertanyaan apa pula itu?" aku membatin. 

"Buruan, bisa jawab ga?" desakmu...Cowok aneh deh, zaman pakai sepatu bertali sudah lewat, masih juga tanya begituan. "Karena, udah di ikat aja bisa lepas, apa lagi ga' di ikat?." dia menjawab pertanyaannya sendiri....Aku hanya meliriknya yang terkekeh seraya menggoreskan jarinya pada kaca jendela berembun...William, kau tulis namamu di jendela kaca itu...lalu cepat-cepat kau hapuskan, menanti berembun kembali dan kau gores-gores lagi...

"Kapan hujan ini berhenti?" gumamku. "Biarkan aja, jangan berhenti dulu.". "Bukannya di kota singapura paling enak kalau tanpa hujan? jawabku. "Kan, bisa jalan-jalan. Hunting gambar." aku memandangi kameraku yang tergolek di samping badan. "Kenapa ga' ambil gambar hujan aja?." "Buram." Lagi-lagi suara nya mengiramakan tawa. "Kamu tidak pernah tahu rasanya terang, jika tidak pernah mengambil buram." ucap William...

"Hei!" sentaknya seraya mendorong pelan kepalaku. "Bengong?"... "Apa?" balasku seraya mengikutinya menggores-gores jendela kaca didepan kami. Aku menggambar sebuah rumah kecil, William menambahkan matahari. "Kok, hujan-hujan ada matahari?." "Ya, biar kamu tahu aku selalu ada. bahkan sekalipun saat hujan." kali ini giliranku tidak bisa menahan tawa. Anehhhhhhh, sedunia. "Makanya cari pacar sana!" ejekku. Dia hanya nyengir kuda. "Yah, sudah nasibku. Susah sih emang, kalau suka sama teman sendiri, mau ngomong bingung dan dikira bercanda, ga' ngomong tersiksa." "Eh...Mau di gampar ya? biar sadar!" "Ya, makanya ga' usah nyuruh-nyuruh cari pacar." jawabnya sambil lagi-lagi mendorong kepalaku, lama-lama bego juga nich pemilik kepala, di toyor-toyor melulu.

note: Pembicaraan terakhir, sebelum sepuluh hari kemudian dia meninggal karena kecelakaan mobil. Disebuah emailnya dia menuliskan "Always glad to make you smile. Always glad to see there is fervour in your eyes. As deep as anything sad it. trust me, you could get through! And at last fall's leaves, will take me on home. You, my little sun." ..... Sebuah memory terputar saat hujan. Semoga damai di sisi kanan tuhan Ko William, di usia dua puluh tujuh tahun tepat di hari ini....

happy b'day my friend yang selalu mengirimkan email di kamis petang. Yang selalu benci setiap gelas kopi yang aku minum, dia bilang candu yang akan membuat aku semakin tidak pernah bisa tidur. Seorang sahabat yang bercerita akan membelikanku sebatang coklat almond dan akan memberikannya di 14 pebruari lalu. Namun sayangnya, tanggal itu tidak pernah sampai padamu. 

William, William Tandi....wafat pada saat 12 januari 2013 malam, sehari sebelum aku dengan riang berkisah bahwasanya esok adalah hari besar buatku di jakarta. Sempat terlupa dan hampir saja mengirimi androidmu foto-fotoku ketika di acara jakarta 13 januari kemarin.. Membuat aku bengong semalaman, menatap layar putih kosong yang aku harap bisa menuliskan sesuatu di antara kepergianmu kawan. Aku mengusap air mata di pelupuk mata, kenapa tuhan mengambil satu persatu sahabat terbaikku. Di antara berjuta impian-impian yang dia punyai dan belum sempat tertepati. 

William tandi yang selalu terbata-bata mengeja bahasa Indonesia dan sebenarnya pembicaraan tali sepatu dan memfoto hujan di atas tadi adalah pembicaraan dalam bahasa inggris yang aku translete ke bahasa indonesia, karena aku ingat kamu pernah bilang, rindu pulang ke Indonesia. Dan kamu bilang, aku tidak pernah meniru cinta laura saat berbicara bahasa ibu pertiwi, namun beginilah aku yang kau pandang lucu saat bicara bahasa Indonesia, lidahku sudah kelu, sejak lahir dan dibesarkan di singapura oleh kedua orang tua berkebangsaan Indonesia.

Kini setelah tiga bulan kepergianmu aku baru bisa mengabadikannya dalam sebuah tulisan, bahagia disurga tuhan shabatku, Ko Willy...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar