Selasa, 02 April 2013

Moonlight Sonata...



Piano...entah apa dulu yang bisa membuat aku duduk menikmati secangkir kopi sambil mengamati seorang pria memainkan jemari lincahnya diatas tuts piano setiap rabu malam...Yah, dia seorang pria yang terkadang bermain piano sambil sesekali melempar senyum kearah seorang anak kecil berumur delapan atau sembilan tahun dengan bando warna warni di kepalanya, Seorang anak yang selalu setia hadir bersamanya...

Alunan moonlight sonata Beethoven-nya membuat suasana teduh bernaungkan awan gelap...Laki-laki itu selalu sempat memainkan sonata tersebut, entah di awal pertunjukannya, pertengahan pertunjukan maupun ketika menutup pertunjukannya...Aku merasakan sedang berada disebuah pertunjukan resital piano jika sedang menikmati nada demi nada yang mengalir sempurna dari cawan pianonya...

Bagiku moonlight sonata itu merupakan sebuah keharusan yang ditunggu untuk disaksikan dan dinikmati...meski terkadang dia memaikannya diaawal pertunjukan pianonya, aku tetap akan bersedia menikmati alunan lain dari jemarinya hingga tiga puluh menit waktu yang dia punya di rabu malam itu tandas.

Pernah ada masanya aku menikmati moonlight sonata yang berdurasi selama lima menit itu dengan perang dingin berbalas argumen di ponselku dan ponsel seorang laki-laki yang duduk dihadapanku yang aku kenali betul siapa dia dan segudang kecemburuan, ego dan childishnya...Setiap hentakan emosi selalu di ritmekan dalam sonata itu lewat kalimat-kalimat yang membuat palung-palung jiwa tersakiti...

Sekarang rabu malam di kafe itu sudah tidak lagi menghadirkan permainan piano setengah jam yang sangat bermutu...Hanya diisi oleh kepulan asap rokok, musik-musik murahan walaupun tak jarang diciptakan oleh musisi handal yang katanya mengikuti selera pasar(an)....
Aku sendiri hanya kerap kali melewati kafe itu tanpa berniat untuk singgah lagi...Bagiku secangkir kopi bisa dinikmati dimana saja, tapi...permainan piano itulah yang membuat (mungkin hanya) aku yang selalu mengusahakan berkunjung setiap rabu malam tepat di pukul delapan malam...



note : Sesaat sebelum melangkah pulang, cappucino yang sudah tak bersisa, dan terinspirasi dari piano instrumental my memory - winter sonata yang mendayu dari sebuah gadget kecil yang headsetnya sedari tadi terpasang ditelinga, karena benar-benar bosan mendengar musik-musik yang diputar oleh operator lopecoffee 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar